Para ulama di sini bukan sekadar orang yang berilmu namun lancang kepada Allah Swt, memutarbalikkan hukum-hukum-Nya dan bersekutu dengan kezaliman. Ulama bukan semata faqih fiddin (paham agama), tetapi pribadi-pribadi yang punya rasa takut paling tinggi kepada Allah ‘Azza wa Jalla sebagaimana ayat,
“Sungguh di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya hanyalah para ulama.” (TQS. Fathir [28]: 28)
Ibn al-Jauzi dalam Shaid al-Khatir menyebutkan, “Perbedaan antara ulama dunia dan ulama akhirat adalah: ulama dunia haus kekuasaan di dalam dunia dan suka mendapatkan harta serta gila pujian. Sebaliknya, ulama akhirat tidak mendahulukan itu semua. Mereka sangat takut dan sangat menyayangi siapa saja yang diuji oleh dunia.” (Ibn al-Jauzi, Shaid al-Khathir, hlm. 14).
Sesungguhnya Allah Swt akan menjaga ad Diin ini dengan menjaga para ulama akhirat di setiap masa. Meski demikian, kezaliman akibat sistem bukan ulama yang mampu menghentikannya. Sebab ulama tidak memiliki kekuasaan politik untuk memangkas akar kezaliman modern yakni sekularisme.
Adanya fakta ini membuktikan rezim yang berusaha mengebiri peran MUI yaitu menyingkirkan yang kritis atau yang dianggap main politik, adalah bukti bahwa sistem sekuler makin kuat dan dominan mewarnai pengambilan kebijakan
Seharusnya, para ulama tak boleh gentar, justru harus ada kesadaran bahwa MUI wajib mencontohkan sikap menentang kezaliman dan muhasabah lil hukkam (makna politik dalam Islam). Ulama juga wajib mewaspadai arus moderasi yang memanfaatkan posisi mereka untuk menyesatkan umat. Itulah fokus kiprah ulama, sedangkan menghentikan kerusakan akibat sistem rusak ini tak bisa diserahkan pada umat (Ormas) tapi hanya bisa dijalankan sempurna oleh negara (Khilafah Islam)
Ulama akhirat bisa dikriminalisasi tanpa Khilafah hadir di dunia. Namun, ulama akhirat akan didukung penuh dan dilindungi oleh negara Khilafah melakukan tugasnya amar makruf nahi mungkar. Bahkan Khilafah hanya akan mencetak ulama-ulama akhirat yang jumlahnya sangat banyak untuk diutus ke berbagai penjuru dunia. Khilafah dan ulama akan bersatu menyebarkan risalah agung Laa Ilaaha Illallaah, Muhammad Rasulullah.
Wallaahu a’lam biashshawab.