Asal-usul Sepeda Lipat, dari Tunggangan Militer hingga Jadi Buruan di Indonesia

Asal-usul Sepeda Lipat, dari Tunggangan Militer hingga Jadi Buruan di Indonesia
0 Komentar

Bingkainya terbuat dari aluminium ringan tanpa pengelasan apa pun. Sebagai gantinya, Bickerton memiliki banyak tuas dan klem sehingga mudah dilipat dan dibawa.
Pada akhir 1970-an, desain sepeda lipat klasik Bickerton itulah yang mengilhami penemu Inggris Andrew Ritchie menciptakan Brompton yang kamu kenal sekarang.
Saat ini, Brompton merupakan produsen seli terbesar di Inggris yang menghasilkan lebih dari 45 ribu sepeda per tahun. Model sepeda lipat Brompton banyak digemari karena memiliki banyak desain unik yang mampu mengakomodasi ragam style peminatnya.
Tak hanya Brompton, pada awal 1980-an, Dr. David Hon dan saudaranya Henry Hon juga terinspirasi dari model seli Bickerton yang diberi nama Dahon. Sedikit berbeda dari Brompton, Dahon justru mengambil jalur pasar yang menginginkan desain seli standar.
Desain sepeda lipat Dahon itu tampaknya menyesuaikan pemikiran masyarakat umum ketika menginginkan sepeda lipat. Keberhasilan strategi ini telah dibuktikan Dahon dengan menguasai 60 persen pangsa pasar sepeda lipat Eropa.

Kehadiran Brompton cita rasa local

Selain Brompton dan Dahon, ragam merek sepeda lipat kelas premium dari berbagai negara telah berseliweran di Indonesia, antara lain Bike Friday, Birdy, Hummingbird, Tyrell, dan sebagainya.
Harga yang dibanderol untuk seli ragam merek itu pun sangat bersaing pada kisaran puluhan hingga ratusan juta rupiah.
Meski tergolong mahal, Brompton tak bisa dimungkiri tetap menjadi sepeda lipat yang menjadi buah bibir di kalangan peminat sepeda di Indonesia.
Karena harganya yang selangit itu pula, banyak orang hanya bisa menelan ludah dan harus menahan hasrat memilikinya.
Apalagi menurut pelaku jual beli sepeda Brompton yang dikutip dari Kompas.com, Selasa (30/6/2020), pada “musim sepedaan” sekarang ini harga Brompton melambung 20 hingga 30 persen.
Lonjakan harga seli Brompton itu dipicu minimnya pasokan yang disertai tingginya permintaan. Kekosongan stok ini merupakan imbas dari pandemi Covid-19 yang dialami banyak dealer sepeda di berbagai negara.
Nah, dari celah pasar itu, lahirlah “brompton-brompton” bercita rasa Indonesia yang menawarkan produk seli dengan harga lebih menggoda. Meski lebih murah, soal kualitas jangan pernah ragukan karya anak bangsa.

0 Komentar