Pada awalnya, tak sedikit pihak skeptis mengenai langkah China yang mulai beralih ke energi terbarukan, negeri tirai bambu tersebut dianggap mustahil menggunakan energi terbarukan pasalnya selama ini China sangat bergantung pada batu bara. Namun, semakin hari Tiongkok terus memperlihatkan komitmennya untuk mulai menggunakan energi terbarukan.
Komitmen China untuk beralih ke energi telah dinyatakan oleh Wu Xinxiong yang merupakan direktur badan energi nasional (NEA) dimana bahan bakar non-fosil akan memasok 11,1 persen dari total konsumsi energi primer China, jumlah ini jauh meningkat drastis sebanyak 9,8 persen dibandingkan tahun 2013.
Dalam pidato Xi Jinping pada sidang PBB September lalu, ia menyebutkan komitmen China beralih ke energi terbarukan dan menjadi netral karbon pada 2060. Setelah pernyataan Xi Jinping tersebut China dikabarkan tengah membangun pembangkit listrik tenaga surya terbesar di dunia dengan kapasitas 2,2 GW di Provinsi Qinghai.
dengan dibangunnya panel surya terbesar di China ini tentu China akan lebih menggunakan energi angin, matahari dan hidro dan mengurangi ketergantungan terhadap batu bara untuk memenuhi kebutuhan energi di negaranya
Tantangan untuk ekspor batu bara Indonesia
Beralihnya Tiongkok ke energi terbarukan tentu juga berdampak signifikan bagi ekspor batu bara dan perekonomian Indonesia mengingat China merupakan tujuan utama ekspor batu bara Indonesia.
Jauh sebelum komitmen serius China untuk beralih ke energi terbarukan nilai ekspor batu bara Indonesia sudah tersungkur. Jika dilihat beberapa tahun kebelakang perang dagang yang terjadi antara AS dan China yang berujung saling balas tarif impor mengakibatkan terjadinya perlambatan ekonomi, perlambatan ekonomi ini tidak hanya berdampak bagi kedua negara tetapi juga berdampak pada Indonesia, akibat dari perang dagang ini permintaan China terhadap ekspor batu bara Indonesia menurun.
Lebih lanjut pandemi Covid-19 yang melanda seluruh negara di dunia membuat nilai ekspor batu bara Indonesia terus mengalami penurunan. Menurut kementerian ESDM Volume ekspor batu bara Indonesia pada Januari-Mei 2020 mengalami penurunan 10% dibandingkan tahun lalu.
Keseriusan China untuk berangsur-angsur beralih ke energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energi domestiknya tentu berdampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia terutama devisa negara. Kegiatan ekspor yang dilakukan Indonesia ke China dapat meningkatkan devisa negara akan tetapi, seiring dengan menurunnya permintaan batu bara juga berdampak pada penurunan devisa negara.