Oleh : Yanyan Supiyanti, A.Md
Pegiat Literasi, Member AMK
Etnis Rohingya mengalami nestapa demi nestapa. Siapa yang bisa membebaskan etnis Rohingya dari segala nestapa tersebut?
Dilansir oleh viva.co.id, 6/12/2020, pihak berwenang Bangladesh mulai memindahkan sekitar 1.600 pengungsi ke Pulau Bhasan Char sebuah pulau terpencil yang rentan diterjang banjir di Teluk Bengal pada Jumat (4/12). Miris, meskipun Bangladesh mengatakan semua pengungsi yang dipindahkan telah memberikan persetujuan.
Namun, kelompok pegiat hak asasi manusia seperti Human Rights Watch (HRW) telah menyuarakan keprihatinan, bahwa banyak yang dipindahkan ke pulau itu di luar keinginan mereka, bahkan ada yang dipaksa.
Ditepis oleh Menteri Luar Negeri Bangladesh, bahwa pemerintah tidak akan membawa siapa pun ke Bhasan Char secara paksa.
Para pengungsi Rohingya telah melarikan diri dari Myanmar setelah tindakan keras militer yang dimulai tiga tahun lalu, dimana para penyidik PBB mengatakan sebanyak 10.000 orang tewas dan lebih dari 730.000 terpaksa mengungsi. Setelah itu, rarusan ribu pengungsi Rohingya tinggal di Cox’s Bazar, kamp pengungsi yang luas di negara tetangga Bangladesh. Puluhan ribu pengungsi Rohingya melarikan diri ke Bangladesh.
Menurut rilisan laporan Amnesty International, kondisi 306 penghuni Rohingya yang sudah tinggal di Pulau Bhasan Char, kehidupannya tidak higienis dalam ruangan sempit, terbatasnya fasilitas makanan dan perawatan kesehatan, kurangnya telepon agar pengungsi dapat menghubungi keluarga mereka, serta kasus pelecehan seksual oleh TNI AL dan pekerja lokal yang melakukan pemerasan.
Laporan itu dibantah oleh Komodor Abdullah al Mamum Chowdhury, juru bicara Angkatan Laut. Dengan mengatakan bahwa mereka merawat pengungsi sebagai tamu, diberi makanan yang layak dan akses ke semua fasilitas.
Tak ada negara yang membela mereka, bahkan pemimpin negeri-negeri muslim pun tak ada aksi nyata dalam melindungi kaum muslim Rohingya. Lantas siapakah yang mampu memberikan jaminan atas keselamatan dan hak kaum muslim?
Begitulah kaum muslim yang mayoritas di dunia, tapi ibarat buih di lautan, banyak tapi tidak punya kekuatan. Akar masalah dari segala problematika kehidupan ini adalah karena diterapkannya sistem kapitalisme yang sedang mencengkeram dunia. Asasnya manfaat dengan virus sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan)nya, telah menggerogoti benak kaum muslim, dan pemimpin negeri-negeri muslim.