Kenyataan bahwa pelabuhan tersebut tetap dioperasikan menyisakan satu kemungkinan saja: motif politik. Tidak berlebihan rasanya bila barang yang satu ini dituding. Sebagai pengingat, proyek ini adalah kompensasi bagi kekecewaan pemerintah Jepang atas dibatalkannya proyek kereta api cepat (high speed train) Jakarta-Surabaya. Padahal, sudah ada komitmen Presiden Joko Widodo untuk memberikan proyek ini kepada negeri matahari terbit tersebut sebelumnya. Seperti yang sudah diketahui oleh publik, proyek diserahkan kepada pemerintah China namun jaraknya dikorting hanya sampai Bandung, Jawa Barat.
Faktor politik juga terlihat dari adanya kebijakan untuk melarang keikutsertaan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) dalam tender operator pelabuhan Patimban. Parahnya, Menteri BUMN Erick Thohir diam saja melihat anak asuhnya diperlakukan sedemikian rupa oleh Kementerian Perhubungan. Aspek teknis kepelabuhanan bolehlah menjadi kewenangan Kemenhub namun urusan kepengusahaan, apalagi sampai melarang keterlibatan BUMN kepelabuhanan menjalankan bisnis intinya sebagai operator pelabuhan, jelas offside. Kalau saya sebagai Menteri BUMN, sudah saya protes keras Menteri Perhubungan atau siapapun pejabat yang melarang ikut sertanya BUMN pelabuhan di Pelabuhan Patimban. That’s not your business, it’s mine!
Dengan motif politik ditetapkanlah CT Corp sebagai pemenang tahap prakualifikasi operator pelabuhan Patimban. Perusahaan ini merupakan pendatang baru dalam dunia persilatan kepelabuhan di Tanah Air. Adapun kompetitor CT Corp dalam proses tender pelabuhan Patimban, Samudera Indonesia, yang sudah maling-melintang di bisnis pelabuhan justru tidak lolos. Alasan perusahaan ini dihentikan langkahnya karena ketiadaan persyaratan teknis dan pengalaman pembiayaan. Anehkan.
CT Corp merupakan perusahaan milik pengusaha nasional Chairul Tanjung. Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang bersangkutan pernah menjabat sebagai menteri koordinator bidang perekonomian. Posisi politiknya jelas kuat walaupun tak lagi menjadi pejabat. Ia tetap saja merupakan salah satu anggota the ruling elite di negeri ini. Bergabung dalam konsorsium yang dibentuk oleh CT Corp untuk mengoperasikan Pelabuhan Patimban, salah satunya, adalah U Connectivity Services, anak usaha Teknologi Riset Global yang lebih dikenal publik dengan singkatan TRG.