TRG didirikan oleh Wahyu Sakti Trenggono, menteri kelautan dan perikanan yang baru saja dilantik menggantikan Edhy Prabowo. Bila Chairul Tanjung (T-1) dan Wahyu Sakti Trenggono (T-2) digabung, maka jadilah 2T. Yang pertama mantan menteri sementara yang kedua menteri petahana. Bagi Pelabuhan Patimban ini berarti ia berada di antara 2T. Posisi yang ngeri-ngeri sedap – meminjam ungkapan yang dulu sering diucapkan oleh salah satu politisi nasional yang kini sudah tiada.
Sedap karena operator pelabuhan tersebut berada di tangan pengusaha sekaligus politisi. Ngeri karena tata kelola pelabuhan bisa terpengaruh oleh kepentingan politik. Segala sesuatu yang sudah diawali dengan patgulipat politik biasanya akan menghasilkan output yang tidak baik pula.
Pelabuhan Patimban digadang-gadang sebagai pelabuhan terbesar di Indonesia kelak dan oleh sebab itu perlu good corporate governance agar sesuai dengan status yang diinginkan. Semoga kehadiran 2T di sana bisa mendukung spirit ini. Bila GCG tidak bisa ditegakkan di pelabuhan itu, kita semua sebagai masyarakat akan merugi. Pasalnya, fasilitas ini dibiayai dengan pinjaman. Jangan sampai pelabuhannya salah urus dan merugi namun negara tetap harus membayar cicilan pinjamannya. Itu namanya amsyong.(*)
Oleh Siswanto Rusdi
Direktur The National Maritime Institute (Namarin)