Proyek ini berlokasi di desa Cilamaya, Kabupaten Karawang Jawa Barat. LNG yang dipasok oleh PLN akan diterima dan diregasifikasi di unit FSRU dan selanjutnya dialirkan dalam bentuk gas ke unit PLTGU Jawa-1 melalui pipa gas offshore dan onshore. Kapal FSRU akan ditambatkan di laut Cilamaya dengar jarak 14 km dari pantai. FSRU dan PLTGU Jawa-1 tersambung dengan pipa gas sepanjang 21 km, 14 km pipa gas offshore dan 7 km pipa gas onshore.
Listrik yang dihasilkan PLTGU Jawa-1 dialirkan ke gardu induk milik PLN di desa Sukatani, kabupaten Bekasi melaui transmission line sepanjang 52 km. Selanjutnya listrik yang dihasilkan PLTGU Jawa-1 akan disalurkan ke PLN selama 25 tahun dengan skema BOOT (Build, Own, Operate, and Transfer) ke sistem kelistrikan Jawa-Bali melalui jaringan transmisi 500 kV dari lokasi pembangkit ke gardu induk 500 kV PLN. IPP Jawa-1 akan menjual energi listrik ke PLN dengan PPA (Power Purchase Agreement).
Proyek IPP Jawa-1 ini dimiliki oleh konsorsium PT Pertamina Power Indonesia, Marubeni, dan Sojitz dengan komposisi kepemilikan masing-masing PPI 40 persen, Marubeni 40 persen, dan Sojitz 20 persen. Untuk menjalankan proyek terintegrasi ini dibentuk dua project company yaitu PT Jawa Satu Power (JSP) dan PT Jawa Satu Regas (JSR). JSP bertanggung jawab untuk melakukan desain, konstruksi, dan mengoperasikan PLTGU Jawa-1, transmission line, substation serta switchyard facilities.
Sedangkan JSR bertanggung jawab atas desain dan konstruksi serta pengoperasian fasilitas FSRU. Komposisi kepemilikan saham JSP mengikuti komposisi konsorsium IPP Jawa-1. Adapun komposisi kepemilikan saham JSR adalah PPI 26 persen, Marubeni 20 persen, Sojitz 10 persen, PT Humpuss Intermoda Transportasi 25 persen, dan Mitsui O.S.K Lines (MOL) 19 persen.
Indra juga menyampaikan optimismenya ihwal penyelesaian konstruksi sesuai target. Proyek IPP Jawa-1 direncanakan akan mencapai tahap Commercial Operating Date (COD) pada Desember 2021 pada Hingga 31 Desember 2020, proses konstruksi sudah mencapai 92 persen,” kata Indra.(ddy/vry)