Selama kegiatan belajar daring, dimana internet adalah unsur utama, peserta didik tentunya tidak bisa lepas dari teknologi informasi digital. Peserta didik kini lebih banyak berliterasi digital di dunia maya. Literasi digital ini berpengaruh terhadap kegiatan belajar selama belajar di rumah. Pengertian literasi digital menurut wikipedia adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, secara singkat literasi digital adalah kemampuan memanfaatkan media digital dan alat komunikasi dengan baik untuk mencari informasi sehingga dapat memperluas wawasan akademik.
Literasi digital selama pembelajaran daring, mengalami peningkatan baik kuantitas maupun kualitas. Selama pengajar memberikan materi, mau tidak mau mereka membaca materi yang diberikan . Umumnya peserta didik sudah akrab berselancar dengan bantuan jaringan internet selama melaksanakan pembelajaran daring. Bahkan literasi digital peserta didik bisa lebih baik dibanding pendidiknya karena mereka lebih rajin berselancar dan menikmatinya. Pendidik senior yang biasa lebih lamban dalam mengikuti perkembangan dinamika digital yang terlalu cepat. Di dunia maya, banyak informasi yang dapat mereka peroleh untuk menambah pengetahuan. Namun secara kuantitas, literasi digital peserta didik masih dihadapkan pada beberapa permasalahan. Diantaranya adalah, pada saat ini sudah banyak situs yang memberikan akses untuk mendapat jawaban seputar tugas pembelajaran. Sebagai akibatnya peserta didik menjadi bergantung dalam mengakses informasi di internet tanpa berpikir terlebih dahulu. Hal tersebut tentunya akan sangat mempengaruhi kualitas berliterasi peserta didik. Mereka menjadi tidak mau berpikir sendiri untuk mencari jawaban dari permasalahan, dan lebih mengandalkan mesin pencarian otomatis. . Hal ini dapat menyebabkan peserta didik cenderung malas dan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bersantai ataupun bermain.
Permasalahan lain yang kerap muncul adalah menjadi lebih senang bermain media sosial daripada membaca materi yang diberikan oleh pendidik ataupun materi yang berkaitan dengan pelajaran. Padahal media sosial seharusnya dijadikan sarana untuk mendapatkan informasi terkini yang dapat menambah wawasan. Namun pada kenyataannya, media sosial justru lebih banyak digunakan untuk hal-hal yang sifatnya sebagai ajang bersenang-senang tanpa memperhatikan keshakehan dan akibat buruk informasi yang diakses. Durasi membuka media sosial umumnya lebih sering dan lebih lama dibandingkan untuk belajar daring. Mengupload status ataupun mengakses informasi yang tidak berkenaan dengan pembelajaran menjadi lebih sering dibandingkan membuka materi pelajaran yang diberikan.