Nah, entah memang sedang masa apes keluarga atau apa, Minggu pagi itu istri saya juga jatuh bersepeda. Ban depannya pecah, mungkin karena melindas kerikil tajam, lalu sepeda selip dan dia jatuh menghantam trotoar dan pohon di sisi kiri jalan. Kecepatan rendah, tapi karena kena trotoar, bahu kirinya patah.
Jadi, Minggu pagi itu istri saya di swab lagi PCR. Dan saya ikut di swab antigen supaya boleh menemani di RS Orthopedi Surabaya. Negatif semua. Operasi lancar.
Keluarga adik saya, seperti sudah ditulis di atas, sudah sekitar semingguan isolasi mandiri. Jadi, pasti semua tidak bertemu Abah di masa itu.
Senin kemarin (11 Januari), seluruh keluarga besar dan staf rumah tangga semua keluarga menjalani tes. Alhamdulillah, semua negatif.
Jadi, saya dan adik membuat planning. Kami semua harus lebih hati-hati dalam berinteraksi, tapi tidak perlu berlebihan. Yang paling penting diawasi (isolasi mandiri) adalah Ibu, Sahidin, dan staf rumah tangga di rumah Abah. Rencananya, dalam beberapa hari, mereka semua akan kami tes lagi.
Ibu kami paling khawatirkan, karena sejarah kesehatan pula. Jadi ibu paling sering kami pantau. Semoga baik-baik saja.
Abah? Dia seharusnya aman dan sudah berada di tempat yang aman. Di RS Premier dengan tim dokter yang sudah jelas dan pasti. Abah rajin meng-update kami hasil pengecekannya di pagi, siang, dan malam hari.
So far, so good. Tapi he’s not out of the woods yet.
Semoga beberapa hari ke depan tetap sama.
Saat video call, Abah masih tampak begitu sehat dan ceria. Kami masih bercanda, saling olok. Abah bahkan masih memberi les Mandarin kepada anak-anak Isna secara daring.
Menurut saya, musuh utama Abah sekarang bukanlah Covid-19. Musuh utamanya adalah rasa bosan. Saya yakin, Sang Superman akan kembali terbang ke rumah dengan ceria dan membawa banyak cerita. Walau mungkin ceritanya sudah dia tulis duluan tiap hari untuk seluruh pembaca Disway.id.
Saya, mewakili seluruh keluarga, mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah mendoakan dan memberikan support. Terus terang, saya dan adik sempat “kebanjiran” pesan, dan sempat heran kenapa mendadak ada ratusan “dokter baru” memberikan saran soal virus ini.