Oleh: Fauzia Aninda Nissa
Fakultas Geografi UMS
Indonesia dengan letak Geografisnya selain memiliki Sumber Daya Alam yang menguntungkan juga memiliki 1000 ancaman bencana yang bisa terjadi. Indonesia sudah terkenal dengan julukannya sebagai negara “Ring of Fire” dimana wilayah ini dikelilingi banyak gunung aktif selain banyak gunung aktif negara Indonesia juga dikelilingi berbagai lautan yang memiliki potensi sekaligus ancaman kapan saja yang tidak dapat diprediksi. Menurut BNPB Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika Serikat (Arnold, 1986).
Bencana alam di Indonesia sendiri yang sering terjadi seperti meletusnya gunung berapi, tsunami, banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, kekeringan. Bencana tersebut tidak hanya diakibatkan karena factor geografis dan factor fisik yang dimiliki oleh negara Indonesia saja namun bencana yang terjadi tersebut tak luput dari ulah kurang bertanggung jawabnya manusia dalam menjaga keseimbangan alam yang telah memberikan banyak manfaat untuk manusia.
Sejak tahun 2020 hingga awal tahun 2021 ini Indonesia masih sering menjadi headline baik di Televisi, koran, atau media cetak lainnya tentang bencana yang terjadi di negara Indonesia. Tahun 2020 Indonesia digemparkan masuknya sebuah virus yang biasa disebut Covid-19 dimana sampai saat ini masih belum terselesaikan, di awal tahun 2021 Indonesia digemparkan lagi dengan bencana alam Banjir yang terjadi di Kalimantan Selatan yang diduga terjadi karena intensitas hujan yang tinggi, selain itu juga disebabkan karena angka deforestasi hutan yang meningkat, selain banjir Gempa Bumi di Sulawesi Barat.
Pengetahuan kesiapsiagaan bencana dan mitigasi bencana sangat dibutuhkan di negara Indonesia karena banyaknya ancaman bencana di negara ini. Masalahnya, banyak penduduk lokal menolak meninggalkan rumah mereka (yang berada di dalam zona bahaya). Penolakan ini bisa berhubungan dengan penghidupan mereka (misalnya peternakan atau kebun mereka – yaitu satu-satunya sumber pendapatan mereka – berada di dalam zona bahaya). Tetapi penolakan itu juga bisa dijelaskan karena sistem kepercayaan animisme (tanda peringatan gunung api – seperti abu dan guntur – dianggap tanda kemarahan nenek moyang mereka, dan dengan berdoa kepada dewa-dewa setempat, masyarakat lokal percaya bahwa mereka akan dilindungi). (dikutip dari Indonesia Investments)