Oleh : Ine Wulansari
Pendidik Generasi
Memasuki awal tahun 2021, Indonesia masih diguncang Covid-19. Pandemi yang tak kunjung pergi, memberi banyak dampak pada masyarakat. Keterpurukan secara ekonomi merupakan salah satu dampak yang paling dirasakan. Penanganan pandemi sejak awal masuk ke Indonesia tak berbuah manis. Dimulai dengan kebijakan PSBB di beberapa daerah terdampak, kebijakan ini masih belum mampu meredam angka positif dan kematian akibat Covid-19. Termasuk memberlakukan kebijakan new normal yang belum juga menampakkan penurunan, sebab kebijakan ini hanya berperan menyelamatkan kondisi perekonomian namun tak memutuskan kasus pandemi. Kini pemerintah pun menjadikan vaksin sebagai andalan untuk pencegahan Covid yang di gadang-gadang mampu menyelesaikannya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto menyampaikan terkait pengadaan vaksin. Sudah ada rancangan Peraturan Pemerintah untuk mengatur secara lengkap proses pengadaan, pembelian dan distribusi vaksin, serta pelaksanannya. (Bisnis.com, 18 September 2020)
Vaksinasi Covid-19 dijadwalkan akan dimulai pertengahan Januari 2021 dan dibagi menjadi dua periode. Tenaga kesehatan dan lansia menjadi prioritas utama. Menurut Menteri Kesehatan Budi Gunardi Sadikin, vaksinasi Covid-19 akan rampung dalam 15 bulan atau sekitar bulan Maret 2022 mendatang. Dengan target penerima vaksin mencapai 181,5 juta orang. Hal ini dilakukan untuk memunculkan herd imumunity atau kekebalan kelompok terhadap virus Corona dengan menyiapkan 426 juta dosis vaksin. (tribunnews.com, 04 Januari 2021)
Ahli Epideimolog Griffith Univercity Dicky Budiman menyebutkan, Indonesia memasuki masa kritis Covid-19. Ia pun mengatakan ada pemahaman yang keliru jika masyarakat mengira dengan adanya vaksin semua akan teratasi. Karena vaksin sebagai salah satu cara membangun kekebalan individual dan perlindungan masyarakat.
Berdasarkan data sejarah, tak ada pandemi yang selesai dengan vaksin. Sebagai contoh kasus polio, meskipun sudah ada vaksinnya baru selesai ditangani dalam 50 tahun. Begitupun dengan Covid-19, bukan berarti setelah disuntikkan langsung hilang. Perlu bertahun-tahun herd immunity tercapai. (tirto.id, 2 Januari 2020)
Vaksin memang sudah ada, namun vaksin hanya bersifat pencegahan dan bukan satu-satunya solusi. Jika penguasa belum mampu membuat kebijakan penyelesaian Covid-19, maka dapat dipastikan peningkatan jumlah kasus terdampak wabah akan terus melonjak. Kunci penekanan angka positif Covid-19 dan kematian semua ada pada kebijakan penguasa, ditambah faktor kedisiplinan masyarakat dalam mematuhi protokol kesehatan. Akan tetapi, dalam sebuah negara rakyat ibarat tubuh dan penguasa adalah kepalanya. Jika penguasa tak bisa mencegah terjadinya kerumunan massa, secara otomatis rakyat akan menirunya. Semua ini terjadi karena tidak adanya ketegasan penguasa yang terkesan plin plan dalam menerapkan disiplin protokol kesehatan. Sehingga korban terus berjatuhan dan pandemi kian sulit dikendalikan.