SERANGAN roket terjadi di pangkalan militer pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) di Kurdistan, Irak Utara, Senin (15/4) malam waktu setempat. Seorang kontraktor sipil tewas sementara lima orang lainnya termasuk seorang tentara AS terluka.
Serangan ini merupakan yang pertama kali terjadi di instalasi militer atau misi diplomatik Barat dalam dua bulan terakhir. Kejadian terjadi sekitar pukul 21.30 waktu setempat.
Wartawan AFP mengaku mendengar sejumlah ledakan keras terjadi di pinggiran barat laut Arbil, ibu kota Kurdistan. Sementara jurnalis Reuters mengaku melihat kebakaran di dekat bandara.
Baca Juga:Bangunan Sekolah Ambruk, Kepsek: Sudah Lama Diajukan tapi Hanya DisurveiCorona lalu Banjir Pantura, Kita Bisa Apa?
Sumber keamanan koalisi, yang terdiri dari pasukan Irak dan Barat mengatakan bahwa setidaknya ada tiga roket yang ditembakkan ke arah bandara kota, Bandara Internasional Erbil, area pasukan asing untuk memerangi kelompok ISIS ditempatkan. Dua roket lain menghantam lingkungan perumahan di pinggiran Arbil.
Juru Bicara Pasukan Koalisi Kolonel Wayne Marotto mengonfirmasi bahwa ada seorang kontraktor tewas. “Namun bukan warga Irak,” kutip AFP tentang keterangannya meski tak merinci kewarganegaraan korban, Selasa (16/2).
Kepala Direktorat Jenderal Kesehatan Arbil Delovan Jalal mengatakan sedikitnya lima warga terluka dalam serangan di lingkungan perumahan Arbil. Sementara satu orang lainnya dalam kondisi kritis.
Kementerian dalam negeri Kurdistan, juga mengonfirmasi “beberapa roket” menghantam kota yang memegang status otonom itu. Mereka meminta warga untuk tinggal di rumah sampai pemberitahuan lanjutan.
Perdana Menteri Kurdi, Marsrour Barzani mengutuk keras serangan ini. Ia mengaku telah berbicara dengan Perdana Menteri Irak, Mustafa al-Kadhemi untuk penyelidikan.
Sementara itu, Presiden Irak Barham Saleh mencuitkan tanda bahwa serangan ini bisa menandai eskalasi berbahaya dan tindakan criminal teroris. Dua sumber intelijen, mengatakan ke AFP, serangan berasal dari dalam wilayah Kurdistan.
Pejabat AS menyebut roket tersebut berdiamtere 107 mm. Ditembakkan delapan kilometer barat Arbil.
Baca Juga:Banjir Surut, Sampah di Pantura MenggunungBanjir Terus Tiap Tahun, Warga: Pemkab Tidak Serius Tangani Banjir
Sebuah kelompok bernama Saraya Awliya al-Dam mengaku bertanggung jawab. Mereka mengaku menargetkan penduduk Amerika di Irak, meski tak memberi bukti klaim.
Sebelumnya, saat Presiden AS Donald Trump berkuasa, Paman Sam telah mengancam akan ada pembalasan mengerikan jika ada warganya yang terluka karena serangan di Irak. Namun belum diketahui sikap Presiden AS Joe Biden soal ini.(red)