Rupanya si wanita berjilbab tersebut, kehilangan Liz, khawatir Liz sakit. Benar saja, Liz sedang terbaring, meringkuk, meriang, dan muntah-muntah dengan wajah putus asa. Tak tahu dia akan minta tolong kepada siapa. Karena tak satupun yang kenal dirinya. Dan dengan penuh kasih sayang, wanita berjilbab itu merawat Liz sampai sembuh.
Pengalaman mendapat perhatian dan serta kasih sayang tulus, ditulis Liz dalam artikel berjudul “Elizabeth Gilbert’s Life-Changing Story from Indonesia (That You Haven’t Heard) tahun 2006. Mau tahu artinya? Silahkan buka “Mbah Google” atau ambil kursus singkat Bahasa Inggris. Atau tanya Sari Nila Warsono pemeran “Mama Rosa” ibunya Aldebaran dalam sinetron (sinematografi) “Ikatan Cinta”. Sinetron kesukaan “emak-emak” -termasuk Istri penulis. Pengalaman “galau” Liz yang menemukan makna ini, kemudian diangkat menjadi sebuah film “Eat Prat Love”, dibintangi Julia Robert, artis papan atas Hollywood, tiga tahun kemudian dan rilis tahun 2010.
Wanita berjilbab yang menolong Liz, adalah orang Indonesia asli masa kini. Perempuan desa, lugu, dan tulus. Dia tidak mengenal Liz, tak tahu agama Liz dan tak tahu bahasa Liz. Namun wania berjilbab tersebut, dengan tulus menolong Liz. Ya, itulah watak asli Bangsa Indonesia. Penulis yakin, masih banyak manusia Indonesia yang berwatak sama dengan wanita berjilbab yang menolong Liz. Bukan watak culas, mementingkan diri sendiri dan “semau gue”. Tak beradab!
Baca Juga:Perubahan RTRW Karawang Terlambat, DPRD: Perubahan di Provinsi Juga TerlambatApindo Tanggapi Dugaan Korupsi BPJAMSOSTEK, Dana Pekerja Aman!
Wanita berjilbab yang menolong Liz adalah gambaran dari nilai-nilai sila kedua ”Kemanusiaan Yang Adi dan Beradab”. Wanita berjilbab itu menunjukkan nilai kemanusiaan dan keadaban terhadap sesama tanpa memandang suku, bangsa, agama dan status sosial. Bermodalkan senyum tulus, empati dan perhatian terhadap sesama, wanita berjilbab itu menunjukkan karakter Bangsa Indonesia kepada dunia.
Adakah kita sudah menjadi “duta” atas sikap kemanusiaan dan keadaban sebagai pribadi? Adakah penguasa, pejabat mulai dari tingkat RT sampai Presiden, birokrat dari kantor lurah sampai istana, pengusaha mulai kelas “teri” sampai kelas “kakap”, orang kaya (boleh dari hasil warisan atau hasil usaha kerja keras yang penting bukan hasil korupsi), orang biasa, atau siapapun dari suku manapun, atau beragama apapun, atau bekerja apapun, yang penting mengaku Bangsa Indonesia, sudah memiliki karakter kemanusiaan dan keadaban seperti wanita berjilbab penolong Liz? Tanyakan pada nurani ketika kita sendiri. Atau pada berita kriminal atau berita korupsi yang sering muncul di televisi. Atau tanyakan pada tetangga atau rekan kerja kita. Mari kita renungkan.(*)