Banjir, Jangan Salahkan Administrasi

Banjir, Jangan Salahkan Administrasi
0 Komentar

Oleh: Nuni Toid
Pegiat Literasi

“Katak pun ikut bertasbih memuji akan kebesaran-Nya.” Begitulah bila musim hujan tiba semua makhluk hidup tak terkecuali para hewan selalu bersukacita. Bagaimana tidak, tanah yang tadinya tandus tampak subur kembali, pepohonan yang kering bersemi lagi. Bahkan alam dan seisinya pun ikut bertasbih, memuji akan kebesaran-Nya.

Kini musim penghujan telah datang. Semua penduduk bumi bergembira. Hujan adalah rahmat, berkah dari Allah Swt. maka patutlah bersyukur kepada-Nya. Namun, di musim ini tak bisa dipungkiri seringkali terjadi bencana yang tak kita duga. Seperti: tanah longsor, banjir dan bencana alam lainya.

Saat ini pun tak bisa dielakkan lagi. Banjir menerjang beberapa wilayah di Indonesia. Seperti belum lama ini kota Semarang dan kota-kota lainnya di Jember, Jawa Timur tak luput dari terjangan banjir. Menurut Hari Putri Lestari, banjir yang melanda Jember memang banjir tahunan yang sudah berlangsung selama 10 tahun lebih. Penyelesaiannya pun hanya sebatas normalisasi pengerukan yang bersifat sementara. (lenteratoday.com, 17/1/2021)

Baca Juga:Nestapa Penanganan Pandemi yang Tak Kunjung UsaiAntara Anti Dinar Dirham dan Anti Islam

Begitupun banjir yang menimpa kota Semarang, Jawa Tengah. Karena hujan yang terus-menerus terjadi menyebabkan Kali Beringin Mangkang dan Kali Plumbon Kaligawe menguap. Menurut Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono, banjir tersebut merupakan dampak siklus hujan lebat yang terjadi 50 tahunan. (sindonews.com, 7/2/2021)

Kementerian PUPR, melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), Pemali Juana telah melakukan beberapa upaya penanganan untuk mengatasi banjir tersebut. Di antaranya pengoperasian pompa banjir dan pengiriman kantong pasir (sand bag).

Namun dari hasil inspeksi mendadak yang dilakukan oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang langsung mendatangi rumah pompa Mberok. Ditemukan sejumlah pompa penyedot banjir yang tidak berfungsi. Hal ini disimpulkan bahwa buruknya masalah administrasi menyebabkan penanganan banjir menjadi terhambat. (cnnindonesia.com, 7/1/2021)

Jika ditelusuri, banjir yang melanda kota Semarang dan Jember sesungguhnya bukanlah hal sekadar masalah administrasi. Tetapi, problem mendasar karena hanya berorientasi pada pembangunan saja. Dimana hanya mengukur untung rugi saja, sementara keselamatan rakyat tidak diprioritaskan.

Hal itu sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Nirwono Yoga, seorang pengamat tata kota dari Universitas Trisakti. Ia mengatakan banjir yang terjadi di kota Semarang dikarenakan oleh tiga faktor:

0 Komentar