Oleh Uqie Nai
Anggota Menulis Kreatif (AMK4)
Pasca berakhirnya masa jabatan Wakil Bupati Bandung, Gun Gun Gunawan, 17 Februari 2021 lalu, beredar pemberitaan tentang curahan hati Gun Gun selama menjadi orang nomor dua di Kabupaten Bandung. Ia menuturkan selama periode 2016-2021 masa jabatannya, dirinya merasa capek, harus menjadi berbagai profesi untuk masyarakat.
“Kenapa capek? Karena tuntutannya kita harus bisa menjadi seorang dokter, seorang pengusaha, seorang birokrat, seorang ayah, seorang alim ulama dan teman. Tapi tentunya, semua itu bisa menjadi pendewasaan karakter karena pemimpin adalah pelayan masyarakat,” ujar Gun Gun saat diwawancarai di Soreang beberapa waktu yang lalu. (Bandung.pojoksatu.id, Jumat 19/2/2021)
Beban Berat Seorang Pemimpin
Tak dipungkiri jika tugas kepemimpinan itu sangat berat. Di pundaknya ada beban yang harus ia tanggung, ada urusan yang harus ia hadapi, ada masalah yang harus ia atasi. Bagi orang yang mengetahui beratnya beban ini akan menghindari jabatan atau meminta jabatan.
Diriwayatkan oleh Tabrani dari Abu Wali Syaqiq bin Salamah bahwasannya Umar ra. pernah menugaskan Busyur ibnu Asim ra. untuk mengurus sedekah suku Hawazin, tetapi Busyur menolaknya. Ketika ditanya, “Mengapa kamu tidak mau menerimanya?” Busyur menjawab, “Seharusnya aku menaati perintahmu, tapi aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa yang dibebani mengurus urusan kaum muslimin, maka di hari Kiamat kelak ia akan diberdirikan di tepi jembatan neraka Jahanam. Jika ia melaksanakan tugasnya dengan baik, ia akan selamat. Namun jika ia tidak melaksanakannya dengan baik, ia akan dilemparkan ke bawah jembatan Jahanam itu dan akan terpelanting ke dalamnya selama 70 tahun.” (At-Targib jilid III, hal 441.)
Baca Juga:Menyoal Bahaya Lembaga Pengelola Investasi KapitalistikWasiat Ki Hajar Dewantoro “Panca Dharma”
Dari hadis Rasulullah tersebut di atas, setidaknya ada pelajaran yang dapat diambil, yakni seorang muslim harus bisa menakar kemampuam dirinya sebelum menerima amanah, jika tidak mampu hendaklah memberikannya kepada yang mampu. Seorang muslim hendaknya benar-benar takut akan ancaman Allah jika amanah yang diterimanya menyebabkan ia zalim dan menzalimi orang lain.
Namun demikian bukan berarti ketakutan akan neraka Jahanam membuat seorang mukmin tak bisa jadi pemimpin. Justru landasan keimanan kepada Allah akan membuatnya berhati-hati dan berupaya semaksimal mungkin. Sebab, saat umat memberikan amanah kepada dirinya sementara tidak ada yang layak selain dirinya, maka ia harus menerima amanah berat tersebut.