Oleh : Tia Reditasari
Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris UPI 2017
NIM: 1704883
Seluruh dunia berduka sesaat setelah diketahui bahwa virus Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian. Hal tersebutlah yang membuat pemerintah kemudian membuat kebijakan untuk memberlakukan semua kegiatan di segala aspek dilakukan secara daring termasuk, pendidikan.
Sudah hamper satu tahun lamanya sekolah sekolah di Indonesia, menghentikan Kegiatan Belahar Mengajar ( KBM ) secara langsung dan menggantinya dengan kegiatan daring. Di mana, hal tersebut tentu merupakan perubahan yang besar. Terlebih ketika sebelumnya guru terbiasa melakukan kegiatan mengajar dengan bertatap muka namun kini kegiatan tersebut diganti dengan pertemuan kelas online menggunakan aplikasi seperti zoom, google classroom ataupun google meets.
Banyak sekali hambatan yang kemudian muncul dalam pelaksaan kegiatan daring ini. Salah satu pemimpin di Lembaga Yayasan Pendidikan Smart Club mengatakan “ Murid murid kehilangan semangat dalam belajar dan guru mengalami banyak masalah baru seperti kesulitannya membuat kelas menjadi kondusif.” Ujar, Miss Ranny. Selain itu, beliau mengatakan bahwa tidak adanya interaksi tatap muka dan sulitnya sinyal yang menjadi masalah utama membuat murid murid kemudian kehilangan fokus dalam mempehatikan pelajaran. Terlebih untuk anak anak yang masih terbilang kecil seperti anak SD. Guru perlu melakukan kerja ekstra dengan mencari cara agar anak anak bisa dapat memperhatikan kelas dan tidak bosan karena hal tersebut.
Salah satu guru di Smart Club juga mengatakan , bahwa “ Memberikan pembelajaran via online sebenarnya mudah. Guru bisa membuat video interaktif atau membuat power point yang menarik perhatian anak anak. Namun , yang menjadi kesulitan adalah bagaimana cara kita mengetahui bahwa anak sudah mengerti. Sementara, anak anak yang masih kecil, tidak terbiasa untuk mengutarakan rasa tidak mengerti mereka.” Ujarnya. Lalu hal tersebut mempengaruhi orang tua si anak. Di mana anak yang tidak mengerti kemudian mengutarakan rasa tidak mengertinya kepada orang tua. Hal itupun mempengaruhi keseharian orang tua untuk memikirkan juga bagaimana caranya membuat anak itu mengerti.