Sukses Bisnis Kerupuk Kulit di Tengah Pandemi, Ini yag Dilakukan H Iding

Bisnis Kerupuk Kulit
ADAM SUMARTO/PASUNDAN EKSPRES KERUPUK KULIT: H Iding saat menunjukkan kerupuk kulit hasil produksinya.
0 Komentar

PURWAKARTA-Pandemi Covid-19 memukul sektor perekonomian, termasuk bagi para pelaku UMKM. Cepat beradaptasi menjadi salah satu kunci keberhasilan untuk dapat bertahan di tengah pandemi ini.

Penyesuaian itu pula yang dilakukan H Iding, pemilik PD Sinar Rahayu yang menjalani jenis usaha pembuatan kerupuk kulit sapi rumahan yang beralamat di Jalan Ipik Gandamanah, RT 06 RW 07 Kelurahan Ciseureuh, Kecamatan Purwakarta, Kabupaten Purwakarta. “Alhamdulillah, kami masih bisa melakukan proses produksi walaupun di tengah pandemi Covid-19. Kami juga mengambil langkah cepat untuk penyesuaian dengan kondisi yang terjadi saat ini,” kata Iding dijumpai di rumah produksinya, Selasa (30/3).

Langkah penyesuaian tersebut, sambungnya, adalah dengan membuka cabang penggorengan di Cianjur, Cikampek Karawang, dan juga di Sagalaherang Subang. “Tujuannya supaya produksi tetap stabil. Pasalnya, apabila tidak membuka cabang-cabang penggorengan, kemungkinan sebagian karyawan dirumahkan,” ujarnya.

Baca Juga:Todongkan Senjata Api, Baku Tembak, Penyerang Mabes Polri Seorang PerempuanProgram Inspiratif, Ruhimat Terima Penghargaan Merdeka Award

Iding pun menjelaskan proses demi proses pembuatan kerupuk kulit. “Pengerjaan dimulai sejak awal bahan dasar kulit sapi datang, yakni sekitar pukul 04.00 dini hari. Kami hanya menggunakan kulit dadakan atau kulit yang masih segar,” ucap Iding.

Kemudian, lanjutnya, kulit-kulit tersebut dibersihkan dari bulu dan lemaknya. “Setelah bersih, kemudian direbus dan dipotong-potong. Dan selanjutnya kulit dijemur. Semua proses dilakukan secara natural tanpa campuran bahan kimia,” kata Iding.

Dirinya pun mengungkapkan, yang kerap menjadi kendala saat ini ada pada proses penjemuran. Ini dikarenakan cuaca yang masih sering turun hujan. Untuk menyiasatinya, maka penggunaan oven pun dilakukan. “Namun, konsekuensinya biaya produksi naik karena memerlukan bertabung-tabung gas elpiji sebagai bahan bakarnya. Karena yang namanya kerupuk kulit itu harus benar-benar dikeringkan. Apabila setengah kering bisa berlendir,” ucapnya.

Yang istimewa, usaha kerupuk kulit miliknya itu ternyata mampu menyerap tenaga kerja yang tidak sedikit. “Untuk proses produksi kerupuk kulit ada 20 orang. Kemudian proses pengemasan dan pemasaran ada 25 orang. Jadi keseluruhan karyawan untuk di Purwakarta ada 45 orang,” kata Iding.

Tak sampai di situ, Iding juga menggaji beberapa karyawan di cabang penggorengan di luar Purwakarta. Di antaranya di cabang penggorengan Cikampek ada tujuh orang, di Cianjur 12 orang, kemudian di Sagalaherang lima orang. “Kerupuk kulit yang sudah dikemas kami pasarkan ke sejumlah wilayah. Seperti ke Cianjur, Subang, Karawang, Sukabumi, Bogor, Garut, dan Bandung. Bahkan sudah ada pula yang sampai ke wilayah Sumatera,” ujarnya.

0 Komentar