Dinas Ketahanan Pangan atau DInas Pertanian yang berpotensi menarik anggaran lebih besar untuk Subang? “Dinas Ketahanan Pangan menginduk ke badan. Kalau Dinas Pertanian menginduk dan berkoordinasi dengen empat dirjen sekaligus. Peluangnya lebih besar,” jawab Hendrawan.
Tentu nanti saya akan bertanya kepada Bu Nenden, bagaimana kok bisa dengan mudah meminta pembebasan lahan Perhutani dan PTPN? Padahal sebelumnya, untuk bangunan desa dan kecamatan saja lama. Sekarang berapa pun luasnya yang dimohon, bisa dengan mudah dibebaskan, dimanfaatkan oleh Pemda Subang. Meski, tentunya tugas Dinas Pertanian bukan hanya pembebasan lahan.
Tentu yang terpenting, setelah lahan itu bebas bisa dimanfaatkan dengan baik. Jika tidak berjalan, program pemanfaatan lahan ‘lahan tidur’ maka akan tidur lebih nyenyak lagi. Kita akan tunggu tiga varietas manggis tumbuh subur di atas lahan 1.200 Ha. Varietas manggis Wanayasa, Kaligesing dan Papahiang. Lebih bagus jika ada varietas khas Subang.
Baca Juga:Pola Kemitraan Media di Purwakarta jadi Rujukan GarutPermintaan Kolang-kaling Meningkat selama Ramadhan
Kelak, 10 tahun lagi kita bisa melihat petani manggis Subang tersenyum seperti petani manggis di Kabupaten Lumajang. Saat pandemi mereka bisa ekspor manggis ke Cina dengan harga Rp13-15 ribu per kilogram. Harga itu jauh di atas harga bandar lokal yang mematok harga Rp8.000-10.000/kilogram.
Peluang untuk terwujud tentu ditentukan pula oleh siapa yang akan menjalankan program ini. Kita menunggu Kang Jimat memilih komandan yang tepat untuk mengeksekusi program Jawara Pakaya.(*)
Lukman Enha
Pemred Pasundan Ekspres