Seri Belajar Ringan Filsafat Pancasila ke 42 Memaknai sila ketiga “Persatuan Indonesia”

Seri Belajar Ringan Filsafat
1 Komentar

Kalpataru Vs Vanity

Bagian ke 6

Kang Marbawi

“Ketika ruang publik menjadi urusan private, dan urusan private menjadi urusan publik, dunia sedang terbalik. Tontonan menjadi tuntunan. Tuntunan menjadi tontonan”. Kehidupan seolah hanya di dunia maya, dunia youtuber, vlogger, dunia instagramer, whatsapp. Mana “KITA” yang tulus menghidupi sesama dan alam?

***

Kalpa adalah penjelmaan proses kehidupan yang terbentuk dalam periode yang sangat lama. Kalpa juga diartikan keinginan untuk mewujudkan proses kehidupan yang lebih baik. Proses kehidupan tersebut mewujud dalm pohon atau “Taru”. Diambil dari mitologi Hindu , Kalpataru, pohon kehidupan ada di kahyangan Dewa Indra, yang memiliki lima jenis pohon suci (Pancawreksa). Terdiri atas Mandara, Parijata, Samtana, Kalpawrksa atau Kalpataru, dan Haricandana.

Dalam pewayangan, Kalpataru menjadi “gunungan” sebagai “kayon” yang menggambarkan kehidupan di alam fana. “Gunungan” tersebut melambangkan sumber hidup dan penghidupan atau pohon kehidupan atau Kalpataru. “Gunungan” tersebut diciptakan oleh Sunan Kalijaga pada tahun 1443 Saka sebagai media da’wah.

Baca Juga:Warga 3 Desa di Indramayu Mendadak Jadi Jutawan hingga Miliarder, karena IniJanda Anak Satu Gantung Diri, Sempat Selfie dengan Tali Melilit Leher dan Tinggalkan Surat Wasiat

Soeharto, sang Legenda Indonesia, mungkin terinspirasi dari mitologi pewayangan dengan pohon Kalpataru “gegunungan”. Sang Jenderal Besar ini memberikan penghargaan Kalpataru kepada orang-orang yang jauh dari hiruk pikuk publikasi dan vanity (rasa kesombongan). Penghargaan yang diberikan sesuai dengan filosofi “pohon kehidupan”, Kalpataru. Yang berproses sangat lama dalam periode penciptaan dan pemeliharaan. Namun memiliki makna proses penghancuran dunia. Jika tak merawatnya. Indonesia sedang merasakannya.

Soeharto mengganjar orang-orang yang tanpa pamrih, tak instan, tak lekang oleh waktu, tak mundur oleh cobaan, tegar seperti karang dalam memperjuangkan kehidupan. Ya sejak tahun 1980, Sang Legenda menghargai para pecinta Indonesia yang tulus dengan ketulusan Kalpataru. Tentu hingga lengsernya. Beberapa tahun terakhir hal itu diteruskan oleh Kick Andy Hereos dan lainnya.

Selama 40 tahun, Penghargaan dari Sang Legend ini telah diterima 388 orang. Baik individu maupun kelompok. 114 untuk katagori Perintis Lingkungan, 116 penerima katagori Penyelamat Lingkungan, 99 nama untuk katagori Penyalamat Lingkungan dan 59 nama untuk katagori Pembina Lingkungan.

Sebut saja Ma Eroh asal Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Ia merupakan perempuan pertama penerima Kalpataru katagori Perintis Lingkungan. Sejak tahun 1985, Ma Eroh seorang diri berjuang membangun saluran air sepanjang 5 kilometer untuk menyelamatkan pasokan air bagi 60 hektar persawahan di tiga desa. 47 hari Ma Eroh memapras bukit cadas liat

1 Komentar