Kampung Mahmud Ajarkan Prinsip Kesederhanaan dan Moralitas

Kampung Mahmud Ajarkan Prinsip Kesederhanaan dan Moralitas
0 Komentar

Dari sana, Abdul Manaf menamainya dengan nama Mahmud. Arti dari Mahmud sendiri adalah terpuji, dengan harapan kampung yang ia tempati bisa menjadi kampung yang memiliki nilai moralitas yang tinggi.

Sebagai penyebar islam yang terhitung paling pertama di wilayah Bandung Selatan, Abdul Manaf mengajarkan prinsip-prinsip kesederhanaan. Yang paling melekat dalam ingatan Eyang Syafii, Abdul Manaf secara turun temurun berpesan agar hidup tidak hanya mengumpulkan kekayaan. “Harta benda tidak akan dibawa mati kecuali iman, islam dan amal soleh. Pesan itu turun temurun disampaikan hingga menjadi prinsip hidup masyarakat Kampung Mahmud,” kata Syafii.

Dari prinsip dasar itu, muncul beberapa pantrangan atau larangan untuk bermegah-megahan. Begitupun dalam implementasi desain rumah-rumah warga yang masih memegang teguh prinsip itu. “Tidak boleh ada bangunan beton, tidak boleh ada kaca, tidak boleh ada sumur, tembok hanya dari bilik. Tapi karena sekarang Sungai Citarum sudah kotor, maka sekarang sudah dibolehin bikin sumur,” paparnya.

Baca Juga:Dua Kali Mantap-mantap dengan PSK Bule asal Swedia Gak Mau Bayar, Ini AkibatnyaPengendara Diminta Waspada Melintasi Kolonel Masturi

Kesederhanaan Kampung Mahmud nyatanya tak selamanya bisa bertahan seutuhnya. Prinsip-prinsip adat yang dijaga perlahan digilas roda modernisasi. Tak jauh dari Kampung Adat, tampak cerobong asap menunjukkan adanya pabrik dan masifnya industri.

Bukan hanya itu, Sungai Citarum yang menjadi sumber kehidupan masyarakat Kampung Mahmud pun kini sudah kotor tercemar. Citarum resah bertemu limbah, air yang dulu bisa diambil untuk diminum, kini ikan pun tak betah hidup di aliran sungai. “Tidak sedikit masyarakat yang bandel melanggar pantrangan. Mereka membangun rumah dari tembok ingin seperti orang-orang yang gila harta di luar sana. Betul saja, ketika prinsip itu dilanggar mereka sendiri yang kena akibatnya,” sebut Syafii.

“Ada yang rumah tangganya rusak, ada yang kena penyakit menahun, kita percaya itu akibat dari melanggar pantrangan,” imbuhnya.(*/sep)

KOKOH BERDIRI: Bangunan dengan konsep panggung, dinding bilik dan jendela tanpa kaca masih kokoh berdiri. Konsep rumah itu memiliki filosofi kesederhanaan sesuai pesan leluhur mereka.

Laman:

1 2
0 Komentar