Oleh: Takhfa Rayhan F
Ada pembangunan, ada kehancuran. Seperti dua sisi kepingan uang logam yang sama. Apapun yang kita bangun, pada suatu saat akan hancur seketika, entah karena apa itulah hukum alam. Bahkan seorang bayi yang baru lahir, mungkin akan mati seratus tahun mendatang. Dalam seratus tahun akan terjadi pembangun, terjadi kehancuran, terjadi kelahiran, terjadi kematian, begitu seterusnya.
Bangunan-bangunan tinggi, gedung-gedung megah yang kita lihat di kota-kota besar mungkin baru dibangun dalam beberapa waktu yang lalu, sebelumnya tak ada, kita tidak melihatnya. Hingga eberapa tahun kedepan mungkin kita melihatnya sudah tak lagi ada, atau sudah berubah wujud, berubah bentuk.
Inilah hukum alam, dan manusia adalah bagian dari alam, dan dituntut untuk menerimanya, menerima semua perubahan yang nyata akan terjadi di kemudian hari. Membangun, membangun, membangun…tanpa memperhatikan, mungkin juga lupa bahwa, apa yang kita bangun, seberapa banyak yang kita bangun suatu saat akan hancur bersama waktu. Waktu yang akan membuktikanya. Kita tidak bisa menolak kehancuran begitu pula menolak hukum alam, karena kehancuran merupakan bagian dari hukum alam yang suatu saat akan terjadi, akan terbukti, mau tidak mau, senang atau tidak, kita harus menerima kehancuran, menerima perubahan, mempercayai adanya hukum alam, dan berusaha serta mengupayakan pembangunan kembali, inilah bagian terpenting. Usai perang dunia kedua, jepang hancur lebur. Waktu berjalan, belasan tahun tibutuhkan jepang untuk kembali membangun ekonominya yang porak-poranda. Berkat kerja keras, berkat upaya terencana dan terarah, maka jepang pun bangkit, menjelma menjadi menjadi raksasa ekonomi dunia.
Bagaimana dengan negeri ini? Bagaimana dengan Indonesia? Negeri kita? Harus diakui ekonomi kita pun pernah berkembang, belum sampai maju saya rasa. Tetapi akibat pondasinya yang kurang kuat, dasar perekonomianya yang lemah, menjadikan banyak pula yang mulai gulung tikar. Dan, hali ini dimanfaatkan oleh mereka, negara-negara lain untuk menjadikan indonesia sebagi pasar produk-produk mereka. Barang-barang dengan made in negara lain amat sering kita jumpai, bahkan mejadi populer di kalangan masyarakat. Aneh, tetapi inilah kenyataan. Negara lain sengaja menjual barang-barang buatanya dengan harga sangat murah, alhasil berhasil menghancurkan industri lokal. Indonesia memang pasar yang paling menjanjikan dengan kurang lebih 250 juta orang jumlah penduduknya. Seperti yang pernah dikatakan oleh bung karno, bahwa kita sudah kembali dijajah, kita menjadi budak di negeri kita sendiri.