ama KH Hasyim Asy’ari Hilang dari Kamus Sejarah, Kiai Abun Sesalkan Kealpaan Kemendikbud

Hadratus Syekh KH Hasyim Asy'ari
0 Komentar

PURWAKARTA-Rais Suriah NU Kabupaten Purwakarta yang juga Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) DR KH Abun Bunyamin MA menyesalkan kealpaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terkait hilangnya nama dan peran KH Hasyim Asy’ari pada Kamus Sejarah Indonesia.
Seperti diketahui, Kemendikbud menerbitkan Kamus Sejarah Indonesia Jilid I. Namun sangat disayangkan, kamus tersebut tidak memuat nama dan peran KH Hasyim Asy’ari. Padahal sumbangsih beliau untuk Bangsa Indonesia sangatlah besar. “Indonesia ini besar dan bahkan bisa merdeka karena sejarah. Di mana sejarah ini terdiri dari para pahlawan. Dan merekalah yang paling berperan,” kata Kiai Abun saat dihubungi melalui gawainya, Rabu (21/4).
Dijelaskan Kiai Abun, salah satu yang paling berjasa, bahkan sampai mengisi kemerdekaan adalah pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari. “Mengapa nama beliau tidak ada. Apakah ini keteledoran atau kesengajaan?,” ucapnya.
Bila saja ini suatu kesengajaan, sambungnya, maka sangat keterlaluan. “Ini harus ada perhatian serius dari Menteri Pendidikan Nadiem Makarim. Mudah-mudahan ini menjadi pelajaran di masa yang akan datang. Karena kalau tidak, hal seperti ini bisa terulang kembali,” ujarnya.
Dihubungi terpisah, Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat Ir H Abdul Hadi Wijaya MSc yang juga merupakan keturunan kelima dari KH Hasyim Asy’ari menyampaikan pandangannya. “Yang saya rasakan ada semacam perasaan terpukul, karena bagaimana pun juga Mbah Hasyim itu adalah panutan di keluarga kami. Bahkan menjadi panutan di kalangan jamiyah NU, dan beliau juga adalah Bapak Bangsa,” ujar Gus Ahad panggilan akrabnya.
Disebutkannya, kontribusi KH Hasyim Asy’ari sebagai deklarator dan seruan Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945, menjadi motor utama pada pertempuran 10 November di Surabaya yang kelak ditetapkan sebagai Hari Pahlawan. “Ini tidak terbantahkan, dan alhamdulillah, saat ini pun sudah ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional yang jatuh setiap 22 Oktober,” kata Gus Ahad.
Sesungguhnya, lanjut dia, hilangnya nama dan peran KH Hasyim Asy’ari tersebut hanya sebuah langkah yang lebih dekat ke politik. “Silakan, bagi orang-orang yang tidak senang atas jasa beliau, tidak ada masalah bagi KH Hasyim Asy’ari dan para pendukungnya. Beliau tetap harum, tetap abadi di hati kami semua,” ujarnya.

0 Komentar