Pasar Tumpah Dilarang, Kerumunan Lain Dibiarkan

Pasar Tumpah Dilarang, Kerumunan Lain Dibiarkan
0 Komentar

Peringatan kehati-hatian pada penyakit lepra juga dikenal luas pada masa hidup Nabi saw. Beliau menasihati masyarakat agar menghindari penyakit lepra. Dari Abu Hurairah, ia meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda,

Jauhilah orang yang terkena lepra, seperti kamu menjauhi singa.” (HR Bukhari)

Qadarullah. Wabah Covid-19 telah mengingatkan umat Islam tentang tuntunan Rasulullah menyikapi wabah. Kebijakan cepat dan tegas diambil Rasulullah sebagai pemimpin umat kala itu telah mampu memutus rantai wabah. Larangan Rasulullah merupakan wahyu dari Allah Swt. sekaligus menjadi hukum yang harus ditaati oleh umatnya. Tak ada hukum terbaik selain hukum Allah Azza wa Jalla. Virus teratasi, aktivitas tak berhenti.

Baca Juga:Dinas Kesehatan Tingkatkan Kompetensi SDMPOCO X3 Pro Diluncurkan di Indonesia, Smartphone berjulukan “The Beast” dengan Performa Buas

Pemimpin yang mengadopsi aturan ilahi akan menolak campur tangan asing yang merongrong kedaulatan negara. Tak akan ada kompromi dengan negara penyebar virus atau dalih meraup rupiah dari akses wisata. Karena akidah mengharusnya melayani umat, bukan pribadi ataupun kelompok.

Al-Imam (pemimpin) adalah raa’in. Dia bertanggung jawab atas apa yang menjadi tanggungannya (rakyat).” (HR. Bukhari)

Hadis Rasulullah di atas adalah landasan bagi seorang pemimpin untuk mengatur urusan masyarakat. Kebijakannya bersifat sentralistik. Dari hulu hingga hilir arahannya sama dan ada dalam kontrol negara. Setiap permasalahan akan dicari akar masalahnya terlebih dahulu, lalu diselesaikan secara tepat hingga tak mendatangkan masalah lanjutan.

Jika saat ini masyarakat masih menemukan beragam kebijakan di daerah, gonta-ganti aturan untuk memutus Covid-19 semisal PSBB atau PPKM  sementara kebutuhan serta kenyamanan umat tak terpenuhi, diskriminatif dan berefek parsial adalah semata imbas dari sistem. Sistem kapitalisme-lah pangkal masalah penyebab wabah berlarut-larut. Kapitalisme sebagai paham yang datang dari hawa nafsu manusia tak bisa diandalkan memberi maslahat. Allah Swt. sudah menegaskan dalam firman-Nya,

وَاَ نِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَاۤ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَآءَهُمْ وَا حْذَرْهُمْ اَنْ يَّفْتِنُوْكَ عَنْۢ بَعْضِ مَاۤ اَنْزَلَ اللّٰهُ اِلَيْكَ ۗ فَاِ نْ تَوَلَّوْا فَا عْلَمْ اَنَّمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ اَنْ يُّصِيْبَهُمْ بِبَـعْضِ ذُنُوْبِهِمْ ۗ وَاِ نَّ كَثِيْرًا مِّنَ النَّا سِ لَفٰسِقُوْنَ

Dan hendaklah engkau memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka. Dan waspadalah terhadap mereka, jangan sampai mereka memerdayakan engkau terhadap sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah berkehendak menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan sungguh, kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Ma’idah 5: Ayat 49). Wallahu a’lam bi ash Shawwab.

Laman:

1 2 3
0 Komentar