Allah akan terus-terusan memberikan aneka cobaan dalam hidup QS. Al-Baqarah, 155 :
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sesuatu (sedikit) ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah [2]: Ayat 155)
Bagi orang yang beriman agresi Covid-19 yang telah meluluhlantahkan berbagai sendi kehidupan merupakan cobaan dari Allah. Pandemi serangan Covid-19 dapat menimbulkan kemadharatan dan kebinaan bagi umat manusia.
Islam merupakan agama yang menjunjung tinggi menjaga kebinaasan diri (Hidzu nafsi) dalam maqashidu syariah. Kita diperintahkan oleh Allah untuk melakukan ikhtiar agar terhindar dari serangan Covid-19 ini.
Jauh sebelum ada teori karantina dalam dunai medis modern, 15 abad yang lalu, Rasulullah ketika terjadi pandemi mengeluarkan hadis, Berikut ini: “Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” (HR Bukhari).
Hadis ini menjadi landasan kepada kita untuk berikhtiar menjaga dari dalam bentuk jangan masuk ke daerah yang ada pandemi, dan jangan keluar dari daerah yang ada pandemi. Semangat hadis ini adalah mencegah pandemi agar tidak menimbulkan kemadharatan bagi kita.
Dalam kesempatan lain Rasulullah juga bersabda : “ Tha’un merupakan azab yang ditimpakan kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Kemudian Dia jadikan rahmat kepada kaum mukminin. (thaun adalah pembengkakan parah yang mematikan).
Maka, tidaklah seorang hamba yang dilanda wabah lalu ia menetap di kampungnya dengan penuh kesabaran dan mengetahui bahwa tidak akan menimpanya kecuali apa yang Allah SWT tetapkan, baginya pahala orang yang mati syahid (HR. Bukhari dan Ahmad).
Hadist ini memberikan penjelasan bahwa Allah akan memberikan reward setara dengan syahid fil akhirat bagi mereka yang banyak berdiam di rumah dengan penuh kesabaran di waktu serbuan wabah yang dapat mematikan.
Rasulullah SAW bersabda: “ Puasa adalah separuh kesabaran “ (HR.Ibnu Majah). Pelaksanaan Idulfitri yang ditandai dengan gerakan silaturahmi dengan melaksanakan mudik ke kampung halaman di era pandemi harus ditunda dengan rasa kesabaran tinggi sebagai bagian melaksanakan hadis tersebut.