Dampak Penyekatan, Objek Wisata di Lembang Tidak Terlalu Ramai

Dampak Penyekatan, Objek Wisata di Lembang Tidak Terlalu Ramai
0 Komentar

LEMBANG-Arus lalu lintas di kawasan Lembang Kabupaten Bandung Barat pada libur lebaran 2021 tidak seramai sebelumnya. Kondisi ini baru pertama kali terjadi pasca menjamurnya objek wisata di kawasan ini sejak 5 tahun lalu.

Berbeda ketika sebelum pandemi Covid-19, arus lalu lintas begitu ramai dan padat sehingga perjalanan dari Kota Bandung ke Lembang dengan naik mobil pribadi harus ditempuh selama tiga jam.

Berdirinya pos-pos penyekatan untuk menghalau pendatang dari luar berpengaruh banyak terhadap lalu lintas. Tidak banyak pengunjung luar daerah yang antusias mendatangi tempat rekreasi karena ketatnya penjagaan petugas.

Baca Juga:Orchid Castle jadi Alternatif Wisata Anak di LembangPagi Sempat Ditutup Total, Pantai Patimban Diputuskan Tetap Buka, Ini Alasannya

Ditambah lagi, penutupan objek wisata selama sepekan dari tanggal 7-14 Mei 2021 di Lembang karena dinyatakan masuk zona merah Covid-19 secara langsung menurunkan minat masyarakat untuk berwisata.

Ketua Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (PUTRI) Jawa Barat, Heni Smith mengatakan, sektor usaha pariwisata terkena pukulan telak akibat melonjaknya penyebaran virus korona sehingga operasionalnya harus ditutup sementara.

“Banyak sekali efeknya, misalnya saja sekitar 10.000 pekerja ikut terdampak ketika objek wisata ditutup,” kata Heni, Minggu (16/5).

Tak cuma tempat wisata, hotel, dan restoran, pelaku atau warga yang selama ini mengandalkan pariwisata sebagai ladang usahanya juga terkena imbas. Selama penutupan sepekan kemarin, potensi pendapatan dari industri pariwisata Lembang hilang hingga Rp30 miliar.

Setelah sekarang diturunkan menjadi zona orange dan kunjungan bisa kembali dibuka untuk umum, pihaknya bersama sejumlah pengelola objek wisata berkomitmen memperketat protokol kesehatan.

Pemilik obyek wisata Taman Wisata Grafika Cikole (TWGC), Eko Supriyanto mengakui, pihaknya mengalami banyak kerugian bahkan harus berjuang setengah mati mempertahankan kelangsungan usaha walau penutupan objek wisata hanya dilakukan selama tujuh hari.

“Sangat berat, operasional untuk melayani tamu memang tidak ada tapi perawatan dan penjagaan keamanan tetap harus ada,” ucap Eko.

Baca Juga:Pemuda Muhammadiyah Subang Kecam Kekejaman Zionis Israel, Ajak Warga Boikot ProdukWarga Luar Bandung Jangan Berharap Bisa Piknik ke Lembang, Ini Kata Kasatpol PP

Pada prinsipnya, pengelola wisata tidak melakukan pembatasan asal daerah bagi tamu yang berkunjung. Sebab untuk pembatasan tamu dari luar Bandung Raya menjadi kewenangan pihak berwajib.

“Tidak dibeda-bedakan dari daerah mana, mengenai pembatasan tamu dari luar, itu kewenangan dari polisi dan Dishub. Memang ada kerugian bagi kami, tapi pembatasan juga ada keuntungan agar Covid-19 tidak terus menjalar,” beber Eko.

0 Komentar