SUBANG-Kabupaten Subang merupakan salah satu daerah kasus HIV/AIDS yang cukup tinggi. Penularan HIV/AIDS, lantaran banyaknya masyarakat yang tidak memakai pengaman ketika jajan sembarangan dalam melakukan hubungan seks di lokalisasi maupun di tempat lainnya.
Dinas Kesehatan Kabupaten Subang menjadwalkan vaksin untuk Pekerja Seks Komersil (PSK). Ditengah pandemi Covid-19, Dinas Kesehatan Kabupaten Subang meminta masyarakat menahan diri tidak melakukan hubungan seks, karena Paparan Covid-19 tidak bisa diketahui secara kasat mata.
Kepala Bidang Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Subang, dr Mokhamad Arif Rakhman mengatakan, agenda untuk melakukan vaksinasi terhadap PSK pasti dilakukan. Namun agenda tersebut masih dalam tahap proses, karena mereka masuknya sebagai masyarakat umum. “Itu ada, karena PSK masuk dalam kategori umum. Agendanya dalam proses,” katanya.
Baca Juga:Samsat Subang Beri Hadiah Kejutan untuk Wajib Pajak Tepat WaktuAnggota KKB Papua Tinggal 150 Orang
Dijelaskan Arif, masyarakat Subang diimbau agar jangan melakukan hubungan seks dahulu, karena virus Covid-19 bisa menular dengan cepat lewat hubungan badan. Maka dari itu, pertebal keimanan dan hindari hal-hal yang merusak. “Pertebal keimanan, sayangi keluarga di rumah,” tegasnya.
Program Manager PIMS-HIV/AIDS Dinas Kesehatan Kabupaten Subang Suwata menjelaskan, jumlah kasus HIV/AIDS di tengah Pandemi dari bulan Januari-April 2021 ada penambahan kasus baru sebanyak 71 kasus. Penyebab peningkatan kasusnya, sebanyak 92 persen akibat penularan hubungan seks berisiko. Seperti Hetroseksual, Homoseksual dan Biseksual. “Kita ada kasus baru dari bulan Januari – April 2021 sebanyak 71 kasus,” terangnya.
Ditambahkan Suwata, ada sebanyak 36 Hot Spot di 11 Kecamatan di Kabupaten Subang, dengan estimasi pengunjung mencapai 17.800 orang pertahun. Jika berbicara mengenai kluster HIV terbanyak ada di Kecamatan Subang, Pamanukan, dan Patokbeusi.
Pihaknya terus berupaya melakukan pencegahan agar tidak ada lagi peningkatan HIV/AIDS, dengan upaya sosialisasi dan deteksi dini seperti tes HIV dan layanan Konseling, pengobatan untuk semua ODHA, perluasan layanan HCG, PTIC, dan ARV dan mempermudah aksesbilitas semua layanan terkait HIV/AIDS. “Jika berbicara kematian karena HIV/AIDS dengan penyakit penyerta, kita menghitung sejak tahun 1999 hingga April 2021 ada sebanyak 512 orang,” tandasnya.