Jagung Versus Sorgum di Era Sakaratul Maut Petani dan Peternak Kecil

Jagung Versus Sorgum di Era Sakaratul Maut Petani dan Peternak Kecil
0 Komentar

Oleh

Rd. Dadan K. Ramdan, MT
Sekretaris Umum PPI Pimda Jabar

ADA sesuatu yang janggal terjadi dengan situasi harga jagung yang saat ini terus meningkat, mulai dari harga Rp 3.150 dan kini menuju Rp 6.500, sebetul nya ada masalah apa dengan jagung? Apa kah produktivitas nya yang turun, atau konsumsi nya yang naik?

Hal ini terungkap dalam diskusi di Group Whatsapp Forum Silaturahmi Perhimpunan Pergerakan Indonesia Pimpinan Daerah Jawa Barat (GWA FORSIL PPI JABAR) sebagaimana yang disampaikan oleh Ketua Umum PPI Pimda JABAR, bahwa “dari Rp. 3.150 menuju Rp. 6.500, ini karena masalah apa?, apa kah produktivitas jagung yang turun, atau konsumsi yg naik ?”.

Kemudian beliau menyampaikan satu kesimpulan sebagaimana berikut bahwa Produktifitas jagung masih lebih tinggi dibandingkan sorghum, dan kalau di lihat tipologi nya biaya produksi jagung, tidak jauh berbeda dengan sorgum, kecuali harga benih, dan frekuensi panen, tetapi dengan harga jagung sampai kisaran Rp. 6.500, menunjukkan bukan karena harga pokok penjualan (HPP) yang tinggi, tetapi karena demond lebih tinggi dari Supply, sementara tingkat produksi nya rendah sedangkan permintaan dalam keadaan meningkat.

Baca Juga:Runtah di Antara Dedi-JimatJajang Ruhiyat: Kuatkan Kurikulum Pendidikan Pancasila Mulai dari Usia Dini

Sementara alternatif dengan mengalihkan konsumsi jagung kepada sorghum untuk pakan ternak unggas jelas hal ini belum tepat, karena produksi nya masih rendah dan mengakibatkan Hpp tinggi.

Bahwa kemudian biji sorghum masih dikisaran harga Rp. 3600, hal ini dikarenakan demond nya pun masih rendah, dan produk sorgum ini belum dikenal secara luas, maka jika kita simpulkan hara Rp. 3.600 – Rp 4.000 sebagai acuan harga keekonomian sorghum, tentu ini jelas menjadi blunder bagi petani karena bersifat semu, untuk itu perlu dikritisasi analisa nya.

Sebagaimana dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Direktorat Peternakan dari Kementerian Pertanian RI dengan Komisi IV DPR RI dalam sepekan terakhir, dan hal ini telah kita saksikan melalui video nya yang di Upload di youtube.

Hal ini menunjukkan terdapat kedangkalan analisa untuk menjadi substitusi pakan ternak dengan hanya karena mempertimbangkan harga sorgum jauh lebih murah, jika tidak melihat tingkat keekonomian ditingkat petani.

0 Komentar