Pembelajaran Daring dan Perubahan Perilaku Anak

Pembelajaran Daring dan Perubahan Perilaku Anak
0 Komentar

Demikian halnya dengan kebiasaan shalat berjamaah, anak – anak kita semakin sulit untuk dikondisikan. Orangtua tak jarang harus “perang otot” dengan anak ketika menyuruh anak untuk shalat sementara mereka asyik bermain dengan gadgetnya. Sebagian anak mulai berani untuk melawan perintah orangtua. Alhasil, konflik antara orangtua dan anak pun semakin tak terhindarkan.
Dampak negatif ditiadakannya PTM tak berhenti sampai disitu. Pembelajaran daring secara tidak langsung telah menghilangkan interaksi dan sosialisasi langsung dengan teman, guru serta lingkungan sekolah. Hal ini membuat anak cenderung tumbuh menjadi sosok yang individualistis dan lebih menikmati dunia maya. Mereka cenderung mengabaikan orang – orang yang ada di sekitarnya. Sebagian anak bahkan tidak lagi merasakan rindu kepada guru dan temannya akibat terlalu lama berinteraksi dengan gadget.
Di sisi lain, lemahnya literasi digital yang dimiliki oleh siswa mengakibatkan mereka tidak mampu untuk menyaring berbagai informasi yang beredar. Kemudahan untuk menemukan jawaban atas berbagai pertanyaan yang ada mengakibatkan anak tidak mampu menganalisis lebih dalam atas berbagai permasalahan. Akibatnya, seluruh informasi yang tersedia di internet dianggap sebagai kebenaran yang mutlak diikuti. Akibatnya, anak – anak kita pun tak jarang terjebak dengan berbagai informasi yang menyesatkan (hoaks).
Melihat berbagai fakta yang ada, ada beberapa upaya yang perlu dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat apabila pembelajaran daring akan kembali digelar. Pertama, pembelajaran secara daring hendaknya tetap memperhatikan jenjang pendidikan anak. Untuk jenjang pendidikan dasar, menghilangkan sama sekali pembelajaran secara tatap muka bukanlah pilihan yang bijak. Interaksi langsung secara terbatas dengan mengurangi jumlah frekuensi dan durasi tetap perlu dilakukan guna mendukung perkembangan mental anak. Hal ini dikarenakan anak usia Sekolah Dasar (terutama kelas 1 dan 2) sangat memerlukan interaksi langsung dengan guru serta teman – temannya.
Kedua, pemerintah hendaknya mampu menciptakan iklim yang kondusif bagi anak saat melaksanakan pembelajaran daring. Melakukan pemblokiran terhadap portal game online serta situs – situs yang memuat konten berbahaya bagi anak harus dilakukan agar anak dapat belajar dengan penuh konsentrasi. Berbagai gangguan dan ancaman tersebut harus benar – benar dapat dihindarkan apabila kita ingin anak – anak tumbuh menjadi generasi unggul dan berkarakter.

0 Komentar