Seri Belajar Ringan Filsafat Pancasila ke 51 Memaknai sila keempat “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan” Bagian ke 5

Filsafat Pancasila sila keempat
0 Komentar

Mufakat

“Mufakat tidak datang dari ruang kosong. Mufakat hadir dari kerelaan untuk meleburkan kepentingan pribadi atau golongan kepada kepentingan yang lebih besar. Untuk maslahat umat, didasari nilai kemanusiaan dan keadilan. Bukan untuk menang-menangan. Walau faktanya selalu dipenuhi hasrat kuasa-menguasai”
Namun ruang kosong yang kemudian menjadi “ruang bersama” yang dipenuhi hasrat berkuasa. Hasrat primitive seperti halnya kebutuhan seksual. Kuasa-menguasai menjadi bagian dari hasrat yang selalu hadir pada setiap orang di berbagai kasta sosial. Sebab tanpa kuasa-menguasai, “ruang bersama” itu, menjadi ruang kosong yang sepi dan hening.
Tetapi ruang bersama tersebut bukan juga seperti film garapan John Krasinski “A Quiete Place” yang sepi dan hening dari bisingnya suara-suara manusia. Sebab ketika bersuara, berakibat bahaya. Percis represi para rezim. Politik adalah seni bersuara untuk menguasai suara banyak orang. Atau bersuara untuk kemaslahatan banyak orang. Orang banyak yang diwakili suaranya. Suara yang tak mewakili orang banyak.
“Sejak jaman nabi sampai kini, tak ada manusia yang bisa terbebas dari kekuasaan sesamanya, kecuali mereka yang tersisihkan karena gila. Bahkan pertama-tama mereka yang membuang diri, seorang diri di tengah-tengah hutan atau samudera masih membawa padanya sisa-sisa kekuasaan sesamanya. Dan selama ada yang diperintah dan memerintah, dikuasai dan menguasai, orang berpolitik”, tegas Pramoedya Ananta Toer.
Hasrat kuasa-menguasai adalah DNA politik -dexyribonucleic acid-materi genetik penyimpan infromasi genetik akurat tentang seseorang- manusia. Politik yang bergerak untuk menguasai mufakat dalam ruang-ruang kasat atau tak kasat mata. Entah mufakat karena transaksi timbal balik atau karena hegemoni. Dan untuk menguasai dibutuhkan senjata. Politik identitas atau identitas politik, atau juga menyematkan identitas kepada lawan menjadi bagian dari cara kuasa-menguasai.
Politik identitas hanya menjadi alat para pemburu kuasa untuk memanipulasi ruang publik. Demi menggalang kuasa dan pemenuhan kepentingan ekonomi politik semata. Bukan untuk hajat hidup rakyat banyak yang dilindungi undang-undang. Baik secara bersama atau melalui opini, identitas politik dihamburkan atau politik identitas digaungkan. Agar rakyat mendukung dan pembenaran atas kepentingan manipulative terselubung.

0 Komentar