Soal keterbatasan fisiknya itu, Aep mengaku telah terjadi sejak kecil, yakni pada usia dua tahun. Saat itu dirinya sempat jatuh ketika bermain ayunan. “Ini berdasarkan cerita orang tua saya. Mungkin saat jatuh terjadi patah tulang yang mengakibatkan saya tidak bisa berjalan,” kata Aep.
Namun, hal itu tidak membuatnya patah semangat. Menurutnya, kekurangan bukan menjadi kendala untuk berkarya. “Awalnya sih saya minder dengan keterbatasan ini, namun perlahan rasa minder itu hilang dan saya memiliki tekad untuk berkarya serta tak mau mengandalkan belas kasihan dari orang lain,” ujarnya.
Aep memang memiliki hobi berkreasi sejak dulu, seperti membuat layang-layang, kandang ayam, sangkar burung. Meski belum banyak menghasilkan, Aep tetap optimistis dengan usaha yang dirintis ini akan terus berkembang. “Bagi saya, keluarga adalah sumber inspirasi untuk terus berjuang. Saya pun memiliki cita-cita ingin mengajak teman-teman sesama difabel untuk mengembangkan usahanya itu,” ucapnya.(add/sep)