JAKARTA – Aksi unjuk urat syaraf Menteri Sosial Tri Rismaharini kembali jadi sorotan publik. Kemarahan Risma kepada seorang pendamping bantuan sosial Program Keluarga Harapan (PKH) di Gorontalo, jadi bulan-bulanan publik.
Kebanyakan orang tak heran lagi melihat Risma yang kerap ‘menyemprot’ bawahannya meski tengah disorot kamera.
Banyak yang memaklumi kemarahan Risma di tengah leletnya kerja birokrasi di Tanah Air, namun banyak juga yang memberikan kritik tajam atas aksi Risma yang menunjukkan kemarahannya di depan publik.
Baca Juga:Komitmen Kerja Sama dengan Stakeholder untuk Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Wujudkan Ekonomi BerkelanjutanSuami Istri Wajib Tahu! Tidak Ada Anjuran “Malam Jum’at Sunnah Rasul”, Benarkah?
Menurut Anggota DPR RI Komisi VIII, KH Maman Immanulhaq, Risma perlu memperbaiki pola komunikasi setelah hijrah ke Jakarta. Tidak bisa Risma menduplikasi kerjanya ketika menjadi walikota Surabaya disamakan saat menjabat sebagai seorang menteri.
Hujanan kritik ke arah risma membuat Kiai Maman mengaku gemes. Ia tidak ingin, Risma yang merupakan rekan kerja Komisi VIII DPR terus saja berlaku menunjukkan komunikasi publik yang salah. Ia bahkan meminta Risma untuk tidak bekerja bak pahlawan, mendobrak birokrasi dengan gayanya yang garang.
“Saya bilang ‘ibu boleh kelihatan pahlawan tapi jangan pahlawan indiviualistik. Cara kerja seperti itu tidak penting bu, yang penting dalam bekerja itu data harus jelas, fakta harus nyata’, itu yang saya bilang,” kata KH Maman imanulhaq kepada wartawan, Rabu (6/10).
Di sisi lain, memang Kiai Maman dapat memahami apa yang dilakukan Risma. Menurutnya, sosok Risma adalah tipikal orang yang garang di luar namun lembut di dalam.
“Ada tipikal pemimpin baru nih, sadis tapi manis, itu namanya Risma. Saya deket banget sama Bu Risma. Jadi menurut saya yang perlu diperbaiki adalah pola komunikasinya Bu Risma. Saya pernah bilang ‘Bu ini Indonesia bukan Surabaya anak buah ibu beda dengan anak buah ibu di Surabaya, ini eselon 1, 2, dan 3 yang harus difungsikan secara proposional’,” imbuh Kiai Maman.
Sesaat setelah dikritik, Risma mengajak Kiai Maman ke Bekasi melihat program kerja yang dilakukan Risma. Risma pun bicara banyak soal gaya kerjanya baik sebagai walikota maupun menjabat menteri.
“Intinya saya melihat beliau memang cara kerjanya sangat sadis gitu ya, kerja keras, ambisius, lalu ingin segera selesai. Tapi ujung-ujungnya saya paham bahwa ini cara dia mencintai Indonesia, cara dia menghilangkan kebobrokan birokrasi,” kata Kiai Maman.