Setengah Digital

Setengah Digital
0 Komentar

KATANYA sekarang zaman aplikasi. Zaman digital. Tinggal gesek, tinggal klik. Layanan digital apa saja yang sudah berupa aplikasi? Tinggal klik play store, ketik saja apa yang kita cari, maka akan muncul. Misal, klik ‘Subang’ akan muncul begitu banyak aplikasi yang menggunakan kata kunci ‘Subang’.

Mulai dari aplikasi bisnis berbasis digital hingga aplikasi untuk pelayanan atau informasi publik. Misal ketikan juga kata kunci ‘Jawara’ maka akan muncul beragam aplikasi yang dulu pernah ramai di-launching. Sejak awal era pemerintahan ‘Jawara’.

Di era digital memungkinkan kita jadi lebih mudah dalam segala hal. Karena memang manusia menciptakan teknologi untuk memudahkan segala urusan. Mulai dari penciptaan teknologi mesin cetak, sepeda, telepon, motor, mesin cuci, komputer hingga penemuan jaringan internet. Semua itu agar hidup kita lebih mudah, murah, cepat, praktis dan efesien.

Baca Juga:Wdnsdy Perkenalkan AJ5: Superbike dengan Komponen Sesuai SeleraAirlangga Hartarto Hibahkan Bantuan Dua Bus Listrik dan Microbus untuk UGM

Dulu, jika kita ingin menyampaikan pesan kepada seseorang maka harus jalan kaki, berkuda atau naik kendaraan. Minimalnya mengirim surat. Akan tiba beberapa hari. Sekarang jauh lebih murah dan mudah. Kita kita tinggal klik nomor hape orang yang dituju, maka sudah bisa langsung ngobrol. Bahkan dengan jaringan internet, kita bisa video call.

Begitu juga layanan publik. Seharusnya, di era canggih, digital seperti sekarang, semua harus sudah bisa terkoneksi. Basis data nomor KTP seharusnya sudah bisa mengakses segala layanan publik. Menampilkan biodata, asuransi kesehatan, status kesehatan, hingga informasi lainnya.

Tapi yang terakhir itu: terkoneksi, masih sulit. Data di rumah sakit, Puskesmas, laboratorium kesehatan, perbankan, masih terpisah. Harap maklum, jika kita datang ke rumah sakit, Puskesmas, perbankan masih harus ngisi formulir manual. Atau masih pula diminta KTP, kartu asuransi bahkan kartu keluarga (KK) dalam bentuk fisik.

Bagaimana layanan publik lainnya? Bagaimana pemerintah merespons aduan masyarakat? Yang dari dulu dikenal lebih mudah: menghubungi pemadam kebakaran (Damkar). Itu pun kadang, masih melalui jalur birokrasi: warga lapor RT-RT lapor Kades-Kades lapor kecamatan-kecamatan kontak petugas Damkar.

Padahal, warga sudah bisa klik langsung nomor Damkar. 24 jam siaga! Tapi, warga belum terbiasa. Atau lupa menyimpan nomor teleponnya. Harus dibiasakan seperti menyimpan rekening listrik atau surat perhiasan.

0 Komentar