JAKARTA -Pada penghujung Oktober 2021, inflasi Indonesia tetap terkendali dan stabil di tengah pemulihan ekonomi domestik, dan terjadinya kenaikan inflasi di sejumlah negara di dunia. Realisasi inflasi Oktober 2021 sebesar 0,12% (mtm); 1,66% (yoy); 0,93% (ytd) atau sedikit di bawah rentang target yang ditetapkan.
Sementara itu, kenaikan inflasi di beberapa negara lain dipicu adanya disrupsi rantai pasok global dan harga energi yang meningkat akibat keterbatasan suplai. Tercatat, inflasi Amerika Serikat dan Euro Area meningkat masing-masing sebesar 5,4% (yoy) dan 4,1% (yoy) pada September 2021.
Stabilnya angka inflasi juga disokong oleh membaiknya kondisi di sektor kesehatan, sehingga aktivitas masyarakat kembali bergerak dan konsumsi kembali meninggi. Dalam sebulan terakhir, Pemerintah telah menurunkan level PPKM hampir di seluruh daerah seiring melandainya jumlah kasus Covid-19.
Baca Juga:Konferensi Tingkat Tinggi Group of Twenty (KTT G20), Indonesia Australia Sepakat DigitalisasiAirlangga: Presiden Ingin Pasar CPO Indonesia di Turki Kembali Meningkat
Pelonggaran status level PPKM ini mengakibatkan peningkatan penggunaan moda transportasi, khususnya angkutan udara, untuk menunjang aktivitas dan mobilitas masyarakat yang semakin gencar seperti sediakala. Kondisi ini mendorong komponen Harga Diatur Pemerintah (Administered Prices/AP) mengalami inflasi sebesar 0,33% (mtm), dan menjadi penyumbang terbesar inflasi Oktober yakni sebesar 0,06%.
“Aktivitas dan mobilitas masyarakat berangsur-angsur terus meningkat, tercermin dari inflasi Kelompok Transportasi sebesar 0,33% (mtm) dan memberikan andil sebesar 0,04%, yang utamanya disumbang oleh kenaikan harga pada tarif angkutan udara dengan andil 0,03%. Penurunan level PPKM hampir di seluruh daerah telah mendorong mobilitas msyarakat terus meningkat meskipun masih dibatasi dengan syarat perjalanan yang cukup ketat,” ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Sementara itu, Komponen Harga Bergejolak (Volatile Food/VF) kembali mengalami inflasi sebesar 0,07% (mtm), dan 3,16% (yoy), setelah selama dua bulan sebelumnya mengalami deflasi yang disebabkan penurunan harga beberapa komoditas hortikultura. Pada Oktober 2021, cabai merah justru menyumbang andil mencapai 0,05% atau mengalami inflasi sebesar 20,86% (mtm).
“Kenaikan komoditas hortikultura, semisal aneka cabai, seperti yang terjadi di Oktober ini perlu kita waspadai bersama-sama, mengingat saat ini telah masuk musim penghujan yang biasanya memang mengurangi produktivitas tanaman hortikultura,” ujar Menko Airlangga
Komoditas pangan lainnya yang mengalami kenaikan harga dan memberikan andil inflasi yakni minyak goreng (0,05%) dan daging ayam ras (0,02%). Sementara beberapa komoditas VF yang mengalami penurunan harga dan menyumbang deflasi yakni telur ayam ras (-0,03%), tomat (-0,02%), bawang merah, sawi hijau, bayam, kangkung (andil masing-masing sebesar -0,01%).