JAKARTA – Group of Twenty (G20) merupakan forum koordinasi kebijakan yang lahir sebagai respons terhadap krisis ekonomi tahun 1998-1999 yang merepresentasikan 85% PDB dunia, 75% perdagangan dunia, 80% investasi global dan 2/3 populasi penduduk dunia.
Indonesia menjadi bagian dari forum ini sejak awal dibentuk karena negara G7 melihat bahwa upaya penyelesaian krisis tidak akan efektif tanpa keterlibatan negara ekonomi berkembang yang terdampak oleh krisis tersebut. Menjadi Presidensi G20 adalah sebuah kehormatan sekaligus harapan bagi Indonesia untuk turut andil mencari exit policy dari pandemi Covid-19.
”Tantangan global tidak akan selesai hanya dengan kehormatan dan harapan saja. Presidensi tahun depan harus dimaknai lebih dari sekedar ”ketua sidang” (atau Chair), namun juga pemimpin (leader) yang akan menentukan arah perkembangan perekonomian dunia ke depan,” ujar Airlangga saat menyampaikan sambutan pada Seminar Nasional Moderasi Indonesia: Peran Strategis Muhammadiyah dan Aisyiah dalam Mendukung Kepemimpinan Indonesia di Tingkat Global, Senin (15/11).
Baca Juga:Peluang Pemanfaatan Healthtech dan Edutech Bagi Sumber Daya Manusia di Sektor KesehatanEra Industri 4.0 Butuh Generasi Muda yang Kreatif, Adaptif, dan Inovatif
Modal dasar yang kuat untuk mencapai tujuan dalam Presidensi G20 telah dimiliki Indonesia, antara lain pertumbuhan ekonomi pada triwulan III tahun 2021 tercatat 3,51% (yoy), tren penurunan kasus Covid-19 masih terus dicapai di Jawa-Bali dan luar Jawa-Bali, serta angka reproduction rate pandemi Covid-19 pada akhir Oktober 2021 sebesar 0,74 (di bawah 1) yang jauh lebih baik dibanding bulan Juli 2021 yang sebesar 1,35.
Indonesia juga melihat pentingnya pemerataan sentra produksi internasional untuk menguatkan rantai pasok global dan mendorong regional champions di kawasan. Ketergantungan harus dikurangi dan kemandirian harus didorong untuk meningkatkan nilai tambah eksistensi ekonomi di kawasan.
Dalam mendukung ekosistem electric vehicle, Indonesia membangun pabrik baterai mobil listrik di Karawang. ”Pabrik baterai EV yang pertama di Asia Tenggara ini merupakan contoh upaya transformasi industri nasional sekaligus komitmen Indonesia terhadap pemulihan ekonomi yang lebih hijau dan berkelanjutan,” jelas Airlangga.
Presidensi G20 diperkirakan dapat meningkatkan konsumsi domestik hingga Rp1,7 triliun, menambah PDB nasional hingga Rp7,4 triliun, dan menyerap tenaga kerja sekitar 33 ribu di berbagai sektor. Dengan sekitar 150 pertemuan sepanjang tahun, manfaat ekonomi yang diperoleh bisa mencapai 1,5 sampai 2 kali lebih besar dari acara IMF-WB Annual Meeting tahun 2018.