BANDUNG BARAT–Warga Kampung Cihaur di RT 04 RW 04 Desa Margajaya, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat (KBB), masih mengalami trauma atas kejadian banjir bandang akibat luapan air Sungai Cihaur.
Seperti diketahui, akibat hujan besar yang terjadi sekitar pukul 14.30 WIB, Selasa (15/2/2022), debit air Sungai Cihaur meluap. Tembok Penahan Tanah (TPT) di Sungai Cihaur yang dibangun tahun 2020, tidak mampu menahan luapan air yang mengakibatkan 41 rumah warga terendam banjir.
Ridwan (35), warga setempat menyatakan, banjir bandang yang kedua kalinya tersebut, menimbulkan kekhawatiran bagi warga. Apabila hujan besar, bisa terjadi peristiwa serupa. Ia menyebut salah satu faktor banjir bandang di daerahnya, karena pendangkalan hulu Sungai Cihaur.
Baca Juga:Ucapan Terimakasih atas Pemberian, Kata Sederhana Penuh Makna!Kepergok Saat Maling Motor di Patokbeusi, Warga Karawang Babak Belur Diamuk Massa
Sebagai solusinya, ia berharap pemerintah segera membangunkan TPT dan melakukan normalisasi di sungai itu.
“Sepanjang sungai itu dibiarkan begitu, kita khawatir bakal terjadi lagi banjir. Satu-satunya jalan, ya bangun dulu TPT di hulunya,” ucapnya.
Peristiwa banjir bandang di daerahnya sempat terjadi pada akhir tahun 2019, saat itupun menggenangi pemukiman penduduk. Kemudian pemerintah membangun TPT dengan tinggi sekitar 3 meter di bagian hilirnya, yang berhadapan dengan perumahan warga.
Seharusnya pembangunan TPT juga dilakukan di sungai tersebut di bagian hulunya. Ia mengatakan, justru bagian hulu yang mengalami pendangkalan, diperparah dengan tidak adanya TPT.
Jarak antara sungai dengan dataran di bagian hulu terlalu pendek sehingga air meluap ke bagian hilir, yang bertepatan dengan perumahan warga. “Warga dulu pernah mengajukan supaya TPT di hulu juga dibangun. Ini hanya di hilir saja, ya tetap saja air meluap kalau curah hujan tinggi,” ungkapnya.
Di hilir Sungai Citarum, memang sudah dibangun TPT dengan tinggi sekitar 3 meter dan panjang 300 meter. Namun karena debit air cukup tinggi, TPT tersebut tidak mampu menampung air yang mengakibatkan merendam perumahan warga.
Ridwan menjelaskan saat peristiwa banjir bandang, rumah keluarganya yang berhadapan dengan sungai tersebut terendam sekitar setengah meter. “Kalau di belakang karena posisi rumahnya di bawah, ketinggian air sampai satu meteran,” jelasnya.
Baca Juga:Salurkan Bakat Pelajar, SMAIT As-Syifa Wanareja Gelar ALFEST 2022Apresiasi Nasabah Prioritas, BRI Kantor Cabang Subang Gelar Temu Agung Si Raja
Tidak mau terulang kembali peristiwa serupa, ia berharap pemerintah segera membangunkan TPT dan melakukan normalisasi di sungai itu. “Kita sih berharap, segera dibangun TPT di bagian hulu. Biar kita tidak was-was kalau ada hujan besar,” ucapnya.