oleh: Taswa Witular
Penulis adalah Pengamat Politik
HASIL penelitian menunjukkan bahwa baliho telah menjadi sarana incumbent untuk meningkatkan popularitasnya. Pemasangan secara massif yang didukung dengan teks menunjukan penguasaan ruang publik oleh incumbent. Wajar dan sudah biasa.demikian halnya ketika ini terlihat dibeberapa sudut kampung di Area kabupaten Subang.
Menariknya dari sisi politik, Bupati Subang (Ruhimat) lebih memilih tampilan Poto sendirian tanpa wakil Bupati (Agus Masykur). Terakhir yang menjadi penglihatan penulis adalah baliho ajakan Jimat (panggilan Ruhimat) untuk divaksin.
Dari sisi target eksternal, pesan komunikasi itu bukan saja dimaknai sebagai keseriusan pemerintah daerah dalam penanganan covid, bisa pula dimaknai sebagai positioning, yang dalam marketing politik disebut sebagai upaya untuk menanamkan kesan di benak publik perihal kebersamaan Jimat dengan Agus Masykur (Akur).
Baca Juga:Airlangga Hartarto Bawa Dua Menteri Minta Doa Rais Aam PBNU Miftachul AkhyarBerdayakan Warga Binaan, Lapas Subang Jalin Kesepakatan Pentahelix
Sengaja ataukah tidak? Tentu bukan kebetulan karena Pemasangan Baligo Jimat tanpa Poto Akur bukan kali ini saja. Disadari ataukah tidak? Sangat naif bila dikata Jimat dan atau crew nya tidak menyadari efek komunikasi publik ini. Penulis bahkan cenderung menilai hal tersebut sengaja dilakukan mengingat Jimat bukanlah pengusaha lagi.
Kini, Jimat adalah politikus yang kian meroket popularitasnya dikalangan pemilih. Kelihaian Jimat kian teruji. Diera konvergensi media dan keterbukaan informasi, maka persaingan politik juga semakin dinamis, sehingga sangat diperlukan strategi pemasaran politik yang tepat, dalam hal untuk menciptakan citra politik. Menyadari ini, Wajar jika kemudian Jimat berspekulasi untuk jadi pemain tunggal karena sebagai Bupati, bobot politiknya tinggi sebagai komunikator politik.
Dia bahkan bisa masuk dalam kategori individual source (bentuk individu). Dengan demikian publik pun menilai bahwa keberhasilan pemerintah daerah atas capaian prestasinya adalah diluar kinerja Akur alias mutlak jerih payah Jimat. Benar atau tidaknya maka tidak akan jadi bahasan kita kali ini karena itu tak lebih menarik dari mengupas sisi lugu seorang Akur. Lebih jauh lagi, bagaimanakah nasib Akur dipilkada mendatang_ketika ternyata Jimat kian menunjukan permainan tunggalnya?
Akur rupanya mengukur. Sadar akan ditinggalkan Jimat dipilkada 2024, Akur kemudian menetapkan diri maju di pileg menjadi bakal calon anggota DPR RI. Tak berlebihan memang, bahkan ini pilihan tepat ketika sinyal kebersamaan makin memudar.