Pedagang Tahu Goreng di Subang, Keluhkan Kenaikan Harga Minyak Goreng

HARGA NAIK: Pedagang aneka gorengan di salah satu sudut Subang Kota mengeluh kenaikan harga minyak goreng. DADAN RAMDAN/PASUNDAN EKSPRES
HARGA NAIK: Pedagang aneka gorengan di salah satu sudut Subang Kota mengeluh kenaikan harga minyak goreng. DADAN RAMDAN/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

SUBANG-Komoditas yang kini jadi sorotan kalangan ibu-ibu, terutama pedagang kecil menengah yakni minyak goreng. Harganya melambung naik hingga mencapai Rp.40.000 per kemasan dan minyak goreng kiloan mencapai Rp 20.000 per kg.

Dengan harga itu, tentu akan sangat berdampak pada merosotnya penghasilan pedagang tahu goreng, ayam goreng, lele goreng dan aneka gorengan lainnya.

Informasi yang dihimpun Pasundan Ekspres, harga normal minyak goreng Rp 12.000 per kg, kemudian naik mencapai Rp.18.000 hingga Rp 20.000 perkg. Itupun kualitasnya buruk.

Baca Juga:Expo Virtual, Ewindo Sapa Jutaan PetaniMenko Airlangga Sepakati Berbagai Kerja Sama Strategis, Indonesia dan Korea Selatan Saling Dukung Pemulihan Ekonomi Pasca Pandemi

Hal itu disampaikan pedagang tahu goreng, Hendrik didampingi isterinya Lina di Kota Subang, Senin (21/2).
Dengan naiknya harga minyak goreng kiloan, kemudian Lina beralih ke minyak goreng kemasan yang harganya saat belum naik sebesar Rp 28.000 per kemasan isi 2 liter.

Namun seirin berjalannya waktu, minyak.goreng kemasan pun mengalami kenaikan harga. Terjadi kelangkaan dan memaksa pedagang membeli minyak goreng kiloan mahal dengan kualitas buruk.

Saat kelangkaan minyak goreng kemasan, harganya mencapai Rp 34.000, bahkan saat Januari lalu tembus diharga Rp 40.000/kemasan isi 2 liter.

“Ya saya sering belanjanya ke Pasar Terminal Subang, minyak kemasan langka di pasaran. Saat harga naik, kita jualan harganya tetap, sementara minyak naik harganya,” kata Lina.

Lina mengeluh dengan kenaikan harga minyak goreng tersebut. Pembelian bahan baku naik, sementara harga jual tahu, ayam goreng dan lele goreng tetap. Penghasilannya pun tidak seperti dulu.

“Ini baru satu komoditas saja minyak goreng, yang lainya seperti cabai rawit saat melambung kita juga jadi repot,” kata Hendrik yang sudah Sembilan tahu berjualan.(dan/ysp)

 

0 Komentar