OPINI – Mengingatkan peristiwa penting yang berlangsung 27 Rajab di tahun ke delapan kenabian, dimana Nabi Muhammad melakukan perjalanan iman dan suci “Isra Mi’raj” dari Masjidil Harom ke Masjidil Aqso Palestina, hingga naik ke Sidrotul Muntaha langit ketujuh bertemu dengan Rabb-Nya dalam satu malam. Ini merupakan mukjizat yang tidak dimiliki nabi lainnya.
Sebagian besar mufasir menyebutkan ini adalah peristiwa yang maha agung dan suci, penuh dengan kedalaman Iman yang mampu menguatkan seseorang dalam meng-Imani risalah nabi, sekalipun secara akal bagi sebagian orang tidak mudah untuk mempercayainya.
Orang pertama yang membenarkan Isra Mi’raj Nabi adalah Abu Bakar sehingga beliau di kasih julukan Asshiddiq. Pada saat itu Orang-orang kafir Quraisy tidak percaya dengan isra mi’raj nya Nabi. Mereka pun minta bukti empiris jika Nabi benar-benar telah pergi ke Baitul Maqdis dalam satu malam. Mereka minta bukti Isra Mi’raj yang mereka bisa memeriksa kebenarannya.
Baca Juga:Pembangunan Jalan Lingkar Padalarang 2022, Diharapkan Urai KemacetanAyahanda Dedi Mulyadi Meninggal Dunia, Dulunya Seorang Prajurit, Pernah Diracun Mata-mata Tentara Belanda
Salah satu pertanyaan mereka adalah mereka bertanya tentang kafilah dagang mereka. Menurut logika, Muhammad tidak mungkin tahu rombongan dagang mereka kecuali jika melewati mereka dalam perjalanan ke Baitul Maqdis tersebut
“Aku melintasi rombongan unta Bani Fulan di Rauha dan mereka sedang kehilangan salah satu unta mereka lalu mereka berusaha mencarinya. Lalu aku sampai pada kumpulan kendaraan mereka dan tidak seorang pun berada di sana tiba-tiba aku menemukan semangkuk air lalu aku meminum darinya. silakan kalian tanyakan tentang itu kepada mereka, jawab Rasulullah.
“Demi Tuhan, ini adalah pertanda, sebagian mereka saling berbisik, dan terlihat kelabakan mendengar jawaban Rasulullah yang benar apa adanya.
Pengertian Isra Mi’raj
Isra: Isra berasal dari kata akar bahasa Arab sara, yang berarti “perjalanan di malam hari”. Sedangkan dalam konteks khusus ini mengacu pada perjalanan malam atau transportasi Nabi Muhammad SAW dari kota asalnya atau tempat kelahiran Mekah ke masjid terjauh, Al Aqsa, di Palestina. Ini adalah bagian atau fase pertama dari malam kenaikan Nabi Muhammad SAW.