Religi – Malam Nisfu Sya’ban atau dapat diseut pertengahan di bulan Sya’ban merupakan salah satu waktu istimewa dalam Islam. Salah satu keutamaannya adalah bulan pengampunan dosa bagi orang-orang mukmin. Sehingga malam ini juga disebut sebagai lailatul maghfirah (malam pengampunan). Dilansir dari nu.or.id malam nisfu syaban juga sering disebut lailatul maghfirah (malam pengampunan).
Terdapat beberapa hadits yang menjelaskannya
“Allah memandang semua makhluk-Nya pada malam Nisfu Sya‘ban kemudian mengampuni dosa mereka kecuali dosa musyrik dan dosa kemunafikan yang menyebabkan perpecahan.” (HR Imam At-Thabrani dan Ibnu Hibban dari Mu‘adz bin Jabal).
Hadits di atas menggambarkan bahwa malam Nisfu Sya’ban adalah malam pengampunan dosa, sehingga pada malam tersebut juga Allah Swt menganjurkan banyak anjuran amal sunah seperti shalat dan memperbanyak doa. Hanya saja, hadits di atas juga menjelaskan ada dua dosa yang tidak diampuni yaitu perbuatan musyrik (menyekutukan Allah) dan perbuatan munafik yang menyebabkan perpecahan.
Baca Juga:Charger Mobil Listrik Hadir di Kota Kertabumi KarawangLogo Halal Lama Berlaku Sampai 2026
Meskipun kedudukan hadits di atas dha’if (lemah), namun masih tetap bisa diamalkan karena terkait dengan fadhâilul a’mâl. Kedha’ifannya juga tidak terlalu parah. Hal ini merupakan pendapat kebanyakan ulama hadits seperti yang telah disebutkan oleh Imam An-Nawawi dalam kitab Taqrîb-nya.
Menurut Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki, dosa-dosa yang tergolong sebagai dosa besar juga tidak akan diampuni pada malam-malam pengampunan dosa seperti di malam Nisfu Sya‘ban dan juga malam-malam pengampunan yang lain.
Kemudian, lanjut Sayyid Muhammad, dosa-dosa seperti ini adalah dosa-dosa yang seharusnya dijauhi baik di malam yang penuh ampunan seperti nisfu Sya‘ban, bulan Ramadhan, asyhurul hurum, serta malam-malam ampunan yang lain.
Hal ini didasarkan pada hadits riwayat Bukhari, Tirmidzi, dan An-Nasa’i dari Ibnu Mas‘ud
“Abdullah bin Mas’ud bertanya, ‘Wahai Rasulullah, dosa apakah yang paling berat?’ Kemudian Rasulullah menjawab, ‘menjadikan suatu hal sebagai persamaan dari Allah yang telah menciptakanmu (syirik).’
Kemudian Abdullah berkata, ‘Apalagi wahai Rasulullah?’ Rasul menjawab, ‘Membunuh orang tuamu karena engkau takut dia makan bersamamu.’ Abdullah bertanya lagi, ‘Kemudian apalagi wahai Rasul?’ ‘Kamu berzina dengan istri tetanggamu.”