Orang awam yang dimaksud Kiai Hasyim Asy’ari adalah masyarakat zaman dulu, saat mereka belum mempunyai kesadaran kuat dalam melaksanakan ibadah sesuai syariat Islam, yaitu pernikahan. Bagi kalangan santri dan lingkungan pesantren, mempelajari syariat dengan dasar kajian berbagai kitab mungkin sudah terbiasa. Tetapi bagi masyarakat awam, seorang ulama harus pandai menyiasati dakwahnya, baik dakwah dalam bentuk lisan maupun tulisan.
Dari kacamata tersebut, Kiai Hasyim Asy’ari tidak hanya unggul dalam keilmuan agama Islam, tetapi ia juga memahami keadaan sosial masyarakatnya sehingga dakwah yang berupaya disampaikannya mudah diterima dan dipahami.
Kiai Hasyim tidak mau membandingkan antara kemampuan dan semangat santri dalam menuntut ilmu agama dengan masyarakat yang memerlukan penyampaian praktis dalam memahami ilmu agama. Maka risalah singkat tentang syarat, rukun, dan etika pernikahan ini merupakan pegangan yang sangat penting bagi masyarakat umum. (nu/yni)