عَنْ مُحَمَّدٍ هُوَ ابْنُ سِيْرِيْنَ عَنْ بَعْضِ اَصْحَابِهِ أَنَّ اُبَىَّ بْنَ كَعْبٍ اَمَّهُمْ يَعْنِىْ فِيْ رَمَضَانَ وَكاَنَ يَقْنُتُ فِيْ النِّصْفِ اْلأَخِيْرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Dari Muhammad, yaitu Ibnu Sirin, dari sebagian sahabatnya, sesungguhnya Ubay bin Ka’ab menjadi imam mereka yakni pada bulan Ramadlan dan dia berqunut pada separoh terakhir dari bulan Ramadhan”.
عَنِ الْحَسَنِ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ t جَمَعَ النَّاسَ عَلَى اُبَىِّ بْنِ كَعْبٍ فَكَانَ يُصَلِّىْ بِهِمْ عِشْرِيْنَ لَيْلَةً وَلاَ يَقْنُتُ بِهِمْ اِلاَّ فِي النِّصْفِ الْبَاقِى
“Dari Hasan, sesunggguhnya Umar bin Khatthab mengumpulkan manusia pada ubay bin Ka’ab dan dia berjamaah bersama mereka dengan dua puluh rakaat pada (setiap) malam dan dia tidak berqunut bersama mereka kecuali pada paroh yang tersisa (dari bulan Ramadhan)”
Abdullah bin Umar (Sahabat)
عَنْ نَافِعٍ اَنَّ ابْنَ عُمَرَ كَانَ لاَ يَقْنُتُ فِي الْوِتْرِ اِلاَّ فِي النِّصْفِ مِنْ رَمَضَانَ
“Dari Nafi’, sesungguhnya Ibnu Umar tidak berqunut pada shalat witir kecuali pada separoh terakhir dari bulan Ramadhan”.
Ibnu Sirin (Tabi’in)
عَنِ ابْنِ مِسْكِيْنَ قَالَ: كَانَ ابْنُ سِيْرِيْنَ يَكْرَهُ الْقُنُوْتَ فِي الْوِتْرِ اِلاَّ فِي النِّصْفِ اْلاَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
Baca Juga:Hukum Pakai Obat Mata saat Puasa, Boleh Asalkan…Tak Hanya BBM Pertamina yang Sebelumnya Naik, Harga Emas Antam Hari Ini Juga Naik Rp.5.000 per Gram
“Dari Ibnu Miskin, dia berkata, Ibnu Sirina memakruhkan (membenci) berqunut pada shalat witir kecuali pada paroh terakhir dari bulan Ramadhan”.
Qatadah (Tabi’in).
عَنْ قَتَادَةَ قَالَ: اَلْقُنُوْتُ فِي النِّصْفِ اْلاَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Dari Qatadah, dia berkata “Qunut itu pada paroh yang terakhir dari bulan Ramadhan”.
Berdasarkan riwayat-riwayat di atas banyak madzhab yang menjadikannya sebagai dalil melakukan doa Qunut saat witir Ramadan separuh kedua. Misalnya
Pandangan Madzhab Syafi’ie:
فَصْلٌ فِي الْقُنُوْتِ وَهُوَ مُسْتَحَبٌّ بَعْدَ الرَّفْعِ مِنَ الرُّكُوْعِ فِي الرَّكْعَةِ الثَّانِيَّةِ مِنَ الصُّبْحِ وَكَذَلِكَ الرَّكْعَةُ اْلأَخِيْرَةُ مِنَ الْوِتْرِ فِي النِّصْفِ اْلأَخِيْرِ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ
“(Fasal tentang qunut). Qunut disunnahkan setelah bangkit dari ruku’ pada rakaat kedua dari shalat shubuh, begitupula pada rakaat terakhir dari shalat witir pada paroh terakhir dari bulan Ramadhan,” (Raudlah al-Thalibin I/93).
Pandangan Madzhab Maliki:
وَلاَ يَقْنُتُ فِيْهِ إِلاَّ فِي النِّصْفِ اْلاَخِيْرِ مِنْ رَمَضَانَ، رُوِيَ ذَلِكَ عَنْ عَلِيٍّ وَأُبَيٍّ وَهُوَ قَوْلُ مَالِكٍ وَالشَّافِعِيِّ اِخْتَارَهُ اْلاَثْرَمُ لِمَا رُوِيَ أَنَّ عُمَرَ جَمَعَ النَّاسَ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ فَكَانَ يُصَلِّيْ بِهِمْ عِشْرِيْنَ وَلاَ يَقْنُتُ اِلاَّ فِي النِّصْفِ الثَّانِيْ، رواه أبو داود
“Dan tidak disunnahkan berqunut pada witir kecuali pada separoh terakhir dari Ramadlan. Riwayat tersebut dari Ali dan Ubay, itulah pendapat Imam Malik dan Imam Syafi’i yang dipilih oleh Imam Atsram karena berdasarkan riwayat sesungguhnya Umar mengumpulkan umat Islam pada Ubay bin Ka’ab, lalu dia shalat bersama mereka sebanyak dua puluh rakaat dan tidak berqunut kecuali pada separoh kedua. Hadits Riwayat Abu Dawud,” (Syarh al-Kabir li Ibni Qudamah I/719).
Ada Apa dengan 15 Ramadhan?
Pada 15 Ramadhan di tahun 2020, ada Hadit’s yang menyebutkan bahwa terjadi huru-hara di akhir ramadhan yang bertepatan dengan hari Jum’at.
Walaupun para Ulama zaman dahulu sudah menjelaskan bahwa Hadit’s-hadit’s tersebut adalah tidak ada yang shahih. Wallahua’lam. (Jni)