Kereta Singa Barong Benda Peninggalan Kasepuhan Cirebon

kereta singa barong kasepuhan cirebon
0 Komentar

RAGAM-Zaman modern ini kita bisa melihat benda peninggalan Kasepuhan Cirebon yang diletakkan di museum Kasepuhan Cirebon. Museum ini berada di dalam lingkungan Keraton tepatnya sebelah barat Taman Bunderan Dewan Baru.

Museum ini digunakan untuk menyimpan Kereta Singa Barong. Nama Singa Barong mengambil dari bahasa Cirebon yaitu “sing ngarani bareng-bareng”, artinya yang memberi nama bersama-sama.

Kereta Singa Barong ini dibuat pada tahun 1549 atas prakarsa Panembahan Pangkuwati mengambil pola mahluk prabangsa. Bahan yang dipakai untuk membuat kereta yaitu dari kayu laban. Arsiteknya Panembahan Losari, Werk bas Dalem Gebang Sepuh, dan pemahatnya Ki Nataguna dari Kaliwulu.

Baca Juga:Sejarah Masjid Agung Sang Cipta Rasa CirebonRagam Manfaat Sayur Bayam Untuk Kesehatan

Kereta Singan Barong merupakan perwujudan dari tiga binatang menjadi satu. Satu, belalai gajah, melambangkan persahabatan dengan India yang beragama Hindu. Dua, Kepala Naga melambangkan persahabatan dengan Cina yang beragama Budha. Tiga, sayap dan badan mengambil dari Buloq melambangkan persahabatan dengan mesir yang beragama Islam.

Dari ketiga kebudayaan menjadi satu (Hindu, Budha, Islam) digambarkan dengan Tri Sula di belalai “Tri” tiga “Sula” tajam, yang dimaksud Cipta, Rasa, Karsa artinya “Tajam alam pikiran manusia”.

Kereta Singa Barong ini dahulunya dipergunakan untuk Upacara Kirab keliling kota Cirebon, tiap tanggal 1 Shura/Muharam dengan ditarik oleh empat ekor kerbau bule.

Namun, sejak tahun 1942 Kereta Singa Barong ini sudah tidak difungsikan lagi. Pada tahun 1966 denang diprakasai oleh Pangeran Arif Natadiningrat, membuat duplikat Kereta Singa Barong. Pada tahun 1997, duplikat Kereta Singa Barong sudah selesai, dan difungsikan untuk Festival Keraton se-Nusantara.

Di belakang Kereta Singa Barong terdapat tombak-tombak panjang, dan setiap tombak diberi bendera kecil warna kuning, tombak ini disebut “Blandrang”.

Dahulunya tombak ini dibawa oleh Prajurit Panyutan sebagai barisan kehormatan, juga tersapat tunggul Gada/Tunggul Manik sebagai lambang penerangan, dan Payung Keropak sebagaumi lambang Pengayoman.

Mengunjungi Keraton Kasepuhan Cirebon seakan-akan mengunjungi Kota Cirebon tempo dulu. Keberadaan Keratin Kasepuhan juga kian mengukuhkan bahwa kota Cirebon pernah terjadi akulturasi. (cdp)

0 Komentar