“Studio Tanoh Nughik” Berdiri di atas lahan 200 meter persegi, bangunan ini memiliki luas 173 meter persegi, terbuat dari 80 ribu material bata merah.
Gaya arsitektural yang menarik, salah satunya karena memiliki dua kubah seperti bentuk botol, dengan diameter 5 dan 6 meter, dengan ketinggian sekira 9,5 meter.
Keunikan lain dari bangunan tersebut adalah rekayasa cahaya, Jinan membiarkan cahaya matahari masuk melalui lubang kubah yang dibiarkan terbuka (pada bagian atapnya hanya ditutup dengan kaca), membuat kejatuhan cahaya pada lantai semen membentuk citra tersendiri.
Baca Juga:Mengenang Prof Fahmi Idris, Airlangga: Dia Seorang Pekerja Keras yang Mudah Bergaul Bruk! Tiba-tiba Pohon di Sekitar Lapang Bintang Tumbang Timpa Mobil di Sekitarnya, Padahal Tidak Ada Angin atau Hujan
Dengan berbagai keunikan tersebut, tidak heran sejak hari raya lebaran pada tanggal 2 Mei lalu, meskipun belum sepenuhnya selesai, bangunan ini telah menjadi kunjungan favorit warga, setiap hari ratusan warga Tubaba dan juga warga Lampung berswafoto di sejumlah titik bangunan, baik pada bagian dalam, maupun pada bagian luar bangunan.
Berdiri di Kota Budaya Ulluan Nughik, Panaragan, berdirinya studio keramik yang ikonik tersebut, menambah bangunan-bangunan ikonik lain di Tubaba.
Lebih khusus di Ulluan Nughik, melengkapi fasilitas di kawasan tersebut, dalam dua tahun terakhir sejumlah fasilitas dan program kebudayaan telah diciptakan, di antaranya ampi teater, rumah batu (studio tempa badik), selasar seni, kedai kopi dan sejumlah rumah panggung yang difungsikan untuk program-program pendidikan dan kebudayaan, terutama program yang digagas oleh Tubaba Cerdas dan Sekolah Seni Tubaba.
Sejumlah festival dengan skala internasional seperti Tubaba Art Festival (2021), Megalitic Millenium Art (2020) dan Tubaba Bamboo International Festival (2022) juga dipusatkan di Kawasan ini.
Studio ini dilengkapi dengan peralatan produksi yang cukup lengkap, di antaranya: blunger (alat pengaduk lumpur), saringan getar, mixer pugmill (alat pencampur tanah liat agar siap pakai), meja putar elektrik, meja putar manual, tungku keramik dan sejumlah peralatan interior untuk penyimpanan keramik pasca produksi.
Dengan sejumlah peralatan tersebut, studio “Tanoh Nughik” bisa memenuhi kebutuhan pasar skala keci dan menengah untuk permintaan karya-karya cinderamata, pot bunga, tableware (alat makan dan minum), bahkan kebutuhan arsitektur seperti façade dan tile keramik.
Dikepalai oleh Baskoro Wicaksono, seorang keramikus jebolan UPI Bandung, yang juga telah dikenal bersama Ruang Keramik Studio, Kota Metro. Studio ini juga berencana membuka workshop-workshop dan kelas reguler sebagai edukasi bagi warga Lampung yang ingin mengetahui dan mengalami proses pembuatan keramik. (rls/idr)