SAYA sudah menahan diri untuk tidak menuliskan ini selama tiga hari. Sungkan. Terutama kepada pembaca Disway. Itu lagi. Itu lagi.
Apa boleh buat.
Seorang anak, berumur dua tahun, menangis sendirian. Di tengah jalan. Di pusat kota.
Di sekitar anak itu penuh tumpahan darah. Mereka yang semula pesta di jalan raya itu sudah lari terbirit-birit. Lari ke segala arah. Mereka meninggalkan anak itu sendirian.
Baca Juga:Jokowi: Kemandirian Pangan untuk Penuhi Kebutuhan Asupan GiziSuku Bunga jadi Penyebab Masyarakat Sulit Beli Rumah
Ceceran makanan, minuman, plastik, tas, dan kereta pendorong bayi berserakan di sepanjang jalan.
Anak kecil itu tidak bisa ikut lari. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi.
Ada yang memotret anak tanpa siapa-siapa di tengah jalan itu. Foto diunggah ke medsos. Anak siapa itu. Viral.
Memilukan.
Darah siapa di sekitar anak itu.
Ternyata itu darah ayah-ibunyi. Mereka sudah diangkut tergesa-gesa ke rumah sakit. Keduanya meninggal dunia.
Mereka adalah korban penembakan asal-asalan. Pelakunya, lagi-lagi, seorang remaja 21 tahun.
Tidak hanya dua orang itu yang tewas. Masih ada lima lagi yang meninggal. Lebih 30 orang lainnya luka-luka.
Pagi itu penduduk kota tersebut lagi bersuka ria. Mereka merayakan hari kemerdekaan. Ribuan orang ikut parade perayaan Hari Kemerdekaan 4 Juli 2022.
Sudah dua tahun tidak ada parade seperti itu. Di kota itu. Juga di kota-kota lainnya di Amerika. Akibat Covid-19.
Baca Juga:60 Persen Investor Milenial Ramaikan Pasar ModalPemkot Bandung Targetkan Penurunan 4.600 Jiwa Pengangguran, Gencarkan Pelatihan Kompetensi
Drum band, musik tiup, boneka-boneka besar, kendaraan hias, sepeda lucu-lucu, ikut pawai di tengah kota yang biasanya sangat damai. Itulah kota kecil Highland Park, dekat kota besar Chicago.
Di tengah kegembiraan itu serangkaian bunyi bang! bang! bang! menggema. Banyak yang mengira itu suara mercon –untuk ikut memeriahkan parade.
Ternyata beberapa peserta parade tersungkur. Bersimbah darah. Panik. Teriakan mulai bersahutan: penembakan! penembakan!
Mulailah kepanikan. Mereka lari ke mana pun bisa berlari. Atau bersembunyi di bawah-bawah meja. Mobil hias dan ke emperan toko.
Tidak satu pun ada yang tahu dari mana arah tembakan itu. Dari depan? Belakang? Samping? Tidak jelas. Pokoknya lari.
Tidak semua lari. Yang naluri menolongnya tinggi, langsung menggotong yang roboh. Dinaikkan mobil. Dibawa ke RS. Tertinggal satu anak kecil berumur 2 tahun itu.