Ketika memisahkan Polri dari TNI, memang terjadi perdebatan: Polri menjadi di bawah siapa. Di banyak negara Polri di bawah kementerian dalam negeri. Sebagai penanda bahwa Polri bukan bagian dari militer.
Itulah sebabnya Polri tidak ditempatkan di bawah Kementerian Pertahanan.
Ada pula yang usul Polri di bawah kementerian kehakiman.
Akhirnya diputuskan di bawah presiden langsung.
Tapi dengan kasus Sambo ini, Presiden Jokowi seperti sedang menerima kiriman bola api dari bawah. Tidak ada pihak lain yang bisa menangkap bola api itu agar jangan sampai ke presiden.
Itulah sebabnya dalam doktrin manajemen, saya kembangkan ajaran ”bawahan yang baik adalah bawahan yang tidak suka melempar bola api ke atas”.
Baca Juga:Baru Meluncur, Hyundai Stargazer Jadi Bintang Baru untuk Mobil KeluargaCYCLING DE JABAR 2022, Vaksinasi di Ciletuh Melebihi Target Sasaran
Atasan itu punya begitu banyak pekerjaan dan tanggung jawab. Tentu sesekali bawahan pasti merepotkan atasan. Bawahan kadang punya batas kemampuan. Lantas minta jalan keluar ke atasan. Itu baik-baik saja. Asal jangan sering. Kalau terlalu sering, sang atasan langsung punya penilaian: bawahannya tidak mampu. Harus diganti.
Maka bawahan merepotkan atasan biasa saja. Tapi jangan sampai melemparkan bola api ke atas. Yakni melemparkan persoalan yang penuh risiko bagi sang atasan.
Kasus Sambo adalah jenis bola api. Bagi atasan hanya ada dua pilihan: menangkap bola api itu dengan risiko ikut terbakar. Atau mencari pemadam kebakaran, dengan risiko rumah yang belum terbakar pun ikut kena semprot.
Percayalah, bawahan yang tidak pernah melempar bola api ke atas, kelak ia/dia akan sampai di atas. Dan atasan harus mendoktrin bawahan: kalau Anda sampai melemparkan bola api ke atas, saya tidak akan menangkap bola api itu. Saya akan balikkan bola api itu ke Anda! (Dahlan Iskan)