Bahkan ada sekelompok, yang sengaja membangun opini untuk mendorong, memengaruhi dan menyesatkan opini publik, dengan hoaxs. Sama seperti air di kolam yang sengaja diaduk-aduk, agar ikannya mabuk dan mudah di tangkap.
Ya, “menep” tak lain adalah pengendalian diri. Ibarat pepatah Sunda, “laukna benang, cai na herang” (ikannya dapat, airnya tetap jernih). Sebuah sikap yang hadir dari kesadaran diri akan pembacaan situasi lingkungan dimana tak mendewakan kepentingan atau maunya sendiri.
Namun lebih kepada kemaslahatan bersama dan tak membuat semakin keruh. Sikap “menep” itu bukan berarti anteng tanpa gerak atau diam dan pasrah. Justru sikap “menep” itu lebih kepada kontemplasi diri untuk menghadapi kuatnya arus kekeruhan yang memberikan tekanan, melahirkan beban psikologis dan mental. Untuk kemudian menentukan sikap bijak, tepat dan pener.
Entahlah, apakah sikap “menep” Pak Made, didasari karena pengalaman hidupnya, usianya atau pendidikannya. Yang pasti, dalam setiap situasi, pengendalian diri menjadi sangat penting. Pengendalian diri menjadi ciri dari keadaban individu dan masyarakat. Sikap “menep” menjadi gambaran nilai keadaban seseorang. Namun entah dimana, sikap menep alias pengendalian diri bisa di dapat. (*)
OLEH: Kang Marbawi