Catatan Harian Dahlan Iskan: Petir Politik

Catatan Harian Dahlan Iskan: Petir Politik
0 Komentar

Bambang mendengar sendiri kecaman kepada dirinya. Rakus jabatan. Kemaruk. Melanggar sopan santun politik. Tidak tahu malu. Rai gedhek. Dan seterusnya.

Ia terima semua itu demi menjalankan misi partai. Tapi ia tidak mengabaikan kecaman tadi.

“Saya akan membuktikan bahwa saya tidak rakus jabatan. Saya bertekad begitu wali kota yang baru dilantik, saya akan mengundurkan diri,” ujarnya.

Baca Juga:Wujud Kinerja Solid, Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) Raih Penghargaan “Saham Terbaik 2022”Spoiler Takdir Cinta yang Kupilih Episode 13 Hari Ini 12 September 2022, Tami Meminta Hakim Menjauhinya dan Fokus ke Novia

Bambang memang pejuang partai nomor 1 di Surabaya. Sejak partai itu masih harus berjuang di kegelapan. Sejak penguasa masih sangat memusuhi partai itu. Bambang jadi proletar bawah tanah. Ia terus bergerak. Militan sekali.

Saat menjadi wali kota Bambang tergolong sukses. Termasuk sukses mengorbitkan seorang arsitek wanita menjadi kepala bagian pertamanan: Tri Rismaharini.

Risma itu birokrat tulen. Bukan kader PDI-Perjuangan. Tapi kerjanya luar biasa. Hasil kerjanya terlihat nyata. Suatu ketika pimpinan muda Jawa Pos mengangkat foto Risma naik ekskavator dengan latar belakang taman yang dibangunnyi. Seorang wanita sampai naik ekskavator. Bukan main. “Foto itu, waktu itu, mengguncang Surabaya,” ujar Harun Sohar, aktivis militan PDI-Perjuangan yang  kini tidak di lingkaran dalam lagi.

Risma pun disetujui partai untuk  jadi calon walikota. Tapi harus didampingi kader murni. Dipilihlah Bambang sebagai pasangan Risma.

Begitu Risma terpilih, Bambang benar-benar mengajukan surat pengunduran diri. Ia ingin Saleh Mukadar diproses oleh DPRD sebagai wakil wali kota pengganti.

Partai menolak pengunduran diri itu. Bambang tetap dalam jabatan. Tapi orang Surabaya akhirnya tahu:  Bambang tidak bisa rukun dengan Risma. Pertikaian memuncak. Bambang mengundurkan diri.

Risma pun menjadi kader partai. Bambang tersisih.

Tapi Bambang telah mencatatkan diri dalam sejarah itu: mantan wali kota menjadi wakil wali kota berikutnya. Rasanya, sampai sekarang, ya baru satu itu terjadi. Belum ada wali kota atau bupati lain yang meniru. Belum ada juga tingkat gubernur. Siapa tahu diikuti langsung di tingkat nasional.

Baca Juga:Kunjungan ke ESDM Wilayah III, PLN Bahas Pelayanan KetenagalistrikanDeretan Harga iPhone 14 Series, Fokus Upgrade Keamanan

Tapi benarkah yang muncul dari MK itu petir? Benarkah itu gong yang salah tabuh?

Saya pun menelusuri berita MK itu. Saya ingin tahu runtutan lahirnya berita itu.

0 Komentar