Pojokan 121
Jamaluddin guru, Pendidikan Agama Islam (PAI)  honorer di SDN Bau-Bau-Buton Sulawesi Tenggara, bersama lima temannya rela menempuh ribuan kilo meter, menentang badai dan ombak besar dengan kapal Pelni. Sejak tanggal 23 September hingga 28 September 2022, mereka berlayar menuju Pelabuhan Tanjung Priuk, Jakarta. Kemudian melaju ke Bandara Internasional Soekarno Hatta, menumpang pesawat komersil kelas ekonomi. Tujuan mereka adalah Kota Padang Sumtera Barat. Misi nya hanya satu; menghadiri Kongres Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (AGPAII) tanggal 30 September – 2 Oktober 2022. Ketika pulang pun, demikian Jamaludin bersama lima temannya harus menempuh samudera luas dari Pelabuhan Tanjung Priuk menuju Bau-Bau. Tentu setelah numpang pesawat komersil dari Padang, usai perhelatan Kongres IV AGPAII.
Pun Ibu Fitri dan empat orang ibu Guru PAI dari Menado-Maluku. Ibu Guru PAI dari salah satu SMA di Pulau Haruku ini rela menyebrangi lautan menuju Menado. Dan bersama empat orang pengurus AGPAII Provinsi Maluku (dari Maluku yang menghadiri Kongres IV AGPAII, semuanya ibu-ibu) menuju Jakarta kemudian meneruskan ke Padang menggunakan pesawat komersil kelas ekonomi.
Dan ternyata, ada ribuan guru PAI honorer, guru PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan Pengawas PAI dari berbagai penjuru tanah air yang menghadiri Kongres IV AGPAII. Beberapa peserta tersebut berangkat rombongan menggunakan bus carteran. Seperti dari Lampung empat bus, Sumatera Utara tiga bus dan beberapa menggunakan kendaraan pribadi. Lebih dari 10.000 ribu Guru PAI hadir di UPI Convention Center Padang untuk meramaikan Kongres IV AGPAII. Ribuan Guru PAI baik yang honor maupun yang telah PNS datang menghadiri Kongres IV AGPAII dengan dana pribadi dan atau urunan. Subhanallah!!! Allahu Akbar!!
Baca Juga:Vaksin Meningitis Kosong, Calon Jamaah Umrah Terancam Bagal BerangkatPertahanakan Penghasil Padi Terbaik Se-Indonesia
Betapa dahsyatnya Guru-Guru PAI di seluruh Indonesia. Mereka bergerak bersama dengan semangat volunterisme untuk memperkuat rumah besar mereka, AGPAII. Kehadiran mereka dengan biaya sendiri-mandiri, menunjukkan sebuah kesadaran bersama untuk mengusung penguatan Pendidikan Agama Islam dan guru PAI melalui AGPAII. Selain itu, kehadiran mereka di dasari atas harapan akan teradvokasinya nasib dan nasab Guru PAI honorer oleh AGPAII.  UPI Convention Center Padang tak sanggup menampung gelora, semangat kebersamaan dan militansi Guru PAI dari seluruh Indonesia. Militansi positif yang didasari rasa memiliki, kebersamaan dan harapan.