Oleh :
Yulia Enshanty, S.Pd (Guru Geografi SMA di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat)
Berpikir divergen adalah salah satu bentuk berpikir kreatif dengan menganalisis masalah menggunakan pola pikir yang tidak biasa, melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang yang menghasilkan berbagai macam jawaban, macam-macam kemungkinan penyelesaian, memberikan banyak ide, dan jawaban yang benar sifatnya subjektif. Dalam berpikir divergen terdapat delaman elemen, yaitu :
Kompleksitas: mengkonseptualisasikan produk atau ide yang sulit atau multi-layer
Keingintahuan: investigatif, mencari tahu atau bertanya, belajar untuk mendapatkan ilmu atau informasi, dan kemampuan menggali ide lebih dalam
Elaborasi: menambahkan atau membangun produk atau ide
Fleksibilitas: menciptakan persepsi atau kategori beragam, sebagai asal-muasal ide
Kefasihan: menciptakan banyak ide yang memperkaya jumlah solusi atau produk potensial
Imajinasi: membayangkan, menemukan, atau memikirkan, melihat, mengkonsepkan produk atau ide yang orisinal
Baca Juga:Pedagang Pasar Rengasdengklok Tolak RelokasiPTPN VIII Diminta Selektif Sewakan Lahan HGU, Bukan Hanya Investor, Tapi Perhatikan Petani
Orisinalitas: menciptakan produk atau ide segar, tidak biasa, unik, berbeda, atau belum pernah ada sebelumnya
Pengambilan resiko: berani, tertantang, berpetualang – mengambil resiko atau bereksperimen dengan hal-hal baru
Proses pembelajaran selama ini lebih banyak mengembangkan belahan otak kiri yang cenderung berpikir konvergen, dan masih jarang menyentuh wilayah belahan otak kanan yang cenderung berpikir divergen. Siswa dituntut untuk lebih menguasai kemampuan analitik yang logis. Akan tetapi, seiring dengan perubahan zaman, berpikir divergen sangat dibutuhkan saat ini dan masa yang akan datang. Menanamkan kecakapan berpikir kritis, kreatif dan inovatif pada siswa sangat diutamakan.
Semua siswa pada dasarnya mempunyai potensi untuk memiliki sikap kreatif, walaupun masing-masing tentu tidak sama kemampuannya. Sikap kreatif sangat dipengaruhi oleh interaksi antara faktor psikologis dengan faktor lingkungan.
Kreativitas berkembang berkat serangkaian proses interaksi sosial oleh individu (Amalibe, 1983). Potensi kreatif siswa bisa dilakukan dengan pelatihan yang sistematis. Salah satu sifat natural siswa adalah dunia khayal atau imajinasi. Hurlock (1990) mengemukakan bahwa kebebasan untuk berimajinasi dan tidak adanya tekanan dari lingkungan yang dapat mendorong anak menjadi lebih leluasa mengekspresikan keinginannya sesuai dengan kemampuannya.
Salah satu faktor rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa adalah siswa masih pasif dalam pembelajaran dan hanya menerima informasi yang diberikan oleh guru. Oleh karena itu, untuk mengasah kemampuan berpikir divergen siswa, pada pembelajaran geografi kelas 12 IPS materi dampak interaksi desa-kota bagi desa, siswa diminta untuk bermain peran dengan membuat film pendek. Dalam satu kelas, siswa dibagi menjadi dua kelompok. Masing-masing kelompok diberikan kebebasan untuk menentukan alur cerita film pendek yang akan mereka buat. Mereka menganalisis dan mengamati terlebih dahulu dampak interaksi desa-kota yang terdapat di sekitar wilayah tempat tinggal masing-masing. Setelah itu mereka mendiskusikan dengan rekan sekelompoknya untuk kemudian membuat skenario dan menentukan lokasi syuting.