Ketiga adalah kompetensi sosial yang dimilikinya. Guru selain pekerjaan professional sehingga emperoleh tunjangan profesi, namun juga pekerjaan sosial yang tidak bisa meninggalkan dimensi kompetensi sosial dan keteladanan di masyarakat dimana di mengabdi.
Mampukah guru sebagai ujung tombak pendidikan membentuk siswa yang tidak hanya cerdas tapi juga berkarakter sebagai generasi penerus masa depan bangsa ini. Bagaimanakah usaha dan cara yang dapat dilakukan guru untuk mendidik karakter siswanya? Dalam mendidik karakter, guru dapat mengacu pada grand design pendidikan karakter yang dirancang oleh Kementerian Pendidikan Nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokkan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development), Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development) (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010).
Secara teoretis, ada dua pendekatan pendidikan karakter di sekolah, pendekatan pertama; pendidikan karakter diposisikan sebagai mata pelajaran tersendiri, dan pendekatan kedua pendidikan karakter diposisikan sebagai missi setiap mata pelajaran atau diintegrasikan ke dalam setiap mata pelajaran. Agaknya pendekatan kedua yang menjadi pilihan dalam implementasi pendidikan karakter yang kenanyakan diterapkan di sekolah-sekolah. Hal ini sejalan dengan pernyataan Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Fasli Jalal yang ditulis oleh Napitupulu, E.L (2010) pendidikan karakter yang didorong Pemerintah untuk dilaksanakan di sekolah-sekolah tidak akan membebani guru dan siswa. Sebab, hal-hal yang terkandung dalam pendidikan karakter sebenarnya sudah ada dalam kurikulum, namun selama ini tidak dikedepankan dan diajarkan secara tersurat. Jadi pendidikan karakter tidak diajarkan dalam mata pelajaran khusus. Namun, dilaksanakan melalui keseharian pembelajaran yang sudah ada. Sehingga setiap pembelajaran mengandung Pendidikan karakter demikian juga setiap guru adalah pembimbing katakter yang benar setiap guru adalah contoh yang benar dan teladan yang baik.